![]() |
Prof.Dr.H.Sugijanto,MS,Apt selaku Koordinator Kopertis VII |
Surabaya, Infobreakingnews - Terkait maraknya sistem marketing dengan pemberian komisi yang diterapkan kampus-kampus swasta kepada relasinya (mahasiswa dan civitas, red) bila mampu menggaet mahasiswa baru yang rawan terjadi praktek penipuan.
Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VII Jawa Timur (Jatim) himbau para siswa baru lulus SMA dan akan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi swasta agar berhati-hati dalam memilih kampus. Pasalnya, banyak pula kemungkinan bertebarnya tenaga pemasaran kampus palsu berkeliaran menjaring mahasiswa.
“Kami tidak bisa melarang sistem penjaringan mahasiswa baru yang seperti itu. Sebab itu sudah masuk otonomi mereka (kampus, red). Maka itu, kepada oleh calon mahasiswa dan orang tuanya lebih baik mencari informasi dengan langsung saja datangi kampusnya. Atau datangi kampus expo, dimana biasanya kerap digelar pada musim ajar baru. Tak usah pakai agen-agen begitulah,” terang Prof.Dr.H. Sugijanto, MS.,Apt, selaku Kordinator Kopertis.
Meski sudah mendatangi kampus expo dan memilih PTS, lanjutnya, pastikan 3 hal yang harus dicek. Pertama, pastikan PTS pilihan itu terdaftar di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti).
“Cek saja di website Dikti atau kopertis. Sebab, bila PTS itu terdaftar, tentunya kampus itu memiliki ijin pendirian PT, ijin penyelenggaraan prodi dan terakreditasi,” tambahnya.
Kedua, dosen Ilmu Farmasi Unair itu juga menyarankan untuk segera melihat batas ijin penyelenggaraan prodi.
“Kalau ijin prodinya tidak ada atau sudah lewat batas. Hati-hati, itu bisa jadi masalah nantinya. Yang Ketiga, pilihlah kampus yang memiliki akreditasi bagus. Sebab status akreditasi suatu perguruan tinggi merupakan cermin kinerja perguruan tinggi yang bersangkutan dan menggambarkan mutu, efisiensi, serta relevansi suatu program studi yang diselenggarakan,” pungkasnya.
Sebelumnya, dari penyelidikan Subdit I Ekonomi Ditreskrimsus Polda Jatim terkait modus praktek pemalsuan ijasah yang diotaki mantan dosen Unitomo, Drs Sucipto, MM bin Amin (48).
Terkuak juga bahwa warga Jalan Hasanudin Malang, Jawa Timur itu juga membuat kampus palsu disebuah SMA swasta di kawasan Hos Cokroaminoto Malang. Tentunya dengan dosen-dosen palsu yang Ia rekrut untuk mengelabui mahasiswanya.
Bahkan Sucipto memiliki tim marketing sendiri dengan merekrut tenaga pemasaran khusus baru untuk berkeliaran di setiap universitas untuk menjaring calon mahasiswa yang ingin memilih 'jalur pintas' dengan harga yang fantastis.
Pertanyaannya, kenapa para ‘agen’ ijazah dan kampus palsu itu bisa leluasa bergerak? Rupanya, mereka memanfaatkan sistem pemberian komisi oleh kampus-kampus swasta kepada relasinya (mahasiswa dan civitas, red) bila mampu menggaet mahasiswa baru.***A.W
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !