Headlines News :
Home » » Profil Preman Medan Yang menjadi Pahlawan Legendaris.

Profil Preman Medan Yang menjadi Pahlawan Legendaris.

Written By Unknown on Sabtu, 13 April 2013 | 17.50


Alm. Olo Panggabean
Medan, Info Breaking News  - Dari sekian banyak Anak muda Kota Medan Sumut, yang latar belakang hidupnya sangat kental dengan dunia Premanisme dan petualang, tersebutlah beberapa nama besar diantaranya HMY Effendi Nasution dan Sahara Oloan Panggabean
Ada banyak alasan sehingga HMY Effendi Nasution yang dikenal dengan Pendi Keling dan Sahara Oloan Panggabean atau Olo Panggabean sebagai legenda. Kiprah keduanya semasa hidup setidaknya pernah membuat preman Medan tak lagi berkutik di pinggir jalan. 
Dimulai dari Pendi Keling. Petinju ini berhasil mempersatukan para preman di Medan pada awal 1960-an sehingga mereka menjadi kekuatan politik.


"Waktu itu kami anak jalanan biasanya ada di bioskop-bioskop. Kami hidup dari bisnis black market. Catut karcis bioskop. Kalau ada grup band yang datang dari Jakarta, kami bisa mencari duit dengan mencatut tiket masuk. Nanti donatur-donatur bilang suruh jaga, kita jaga," kata Anwar Congo, salah seorang rekan Pendi Keling. 

Upaya Pendi Keling menyatukan rekan-rekannya dalam satu organisasi berhasil membuat mereka tak lagi disebut preman sadis. Melalui Pendi Keling lah  panji Pemuda Pancasila, dikota Medan menjadi bersinar dan sangat disegani. bahkan mereka ikut membasmi simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). 
Tindakan mereka berbuah manis. Pemuda Pancasila pun menjelma menjadi organisasi kepemudaan besar di negeri ini. Di bawah kepemimpinan Pendi Keling, para preman yang umumnya mangkal di bioskop-bioskop menjelma menjadi orang terpandang dan tak jarang punya peran besar di panggung dunia politik.

Karena kiprahnya, Pendi Keling pun mendapat julukan Singanya Sumatera. Dia juga sempat dipercaya menjadi anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) di Jakarta, selama dua tahun sejak 1968.
Pendi Keling meninggal dunia 26 Agustus 1997, pada usia 63 tahun. Jalan HMY Efendi Nasution. Namanya diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Kota Medan .. 
Sementara itu, bekas anggota Pendi Keling, Olo Panggabean punya kisah tak kalah mentereng. Namanya menanjak setelah keluar dari Pemuda Pancasila dan membentuk Ikatan Pemuda Karya (IPK) pada 28 Agustus 1969 dan membangun istana gedung putihnya
Di masa jayanya, Olo Panggabean kerap dikaitkan dengan bisnis perjudian yang pernah marak dan bebas di Kota Medan. Pria kelahiran Tarutung 24 Mei 1941 ini juga akrab dipanggil sebagai Pak Ketua.

Tak banyak orang yang bertemu langsung dengan Olo Panggabean. Wajahnya juga sangat jarang diabadikan kamera wartawan. Sepak terjangnya pun hanya jadi cerita dari mulut ke mulut, dan tak ada upaya membuktikan kebenarannya.
Begitupun dengan karisma nama Olo Panggabean di kota Medan, mampu melebihi popularitas para pejabat. Apalagi markas Olo di 'Gedung Putih, yang merupakan tempat tinggal sang ketua yang terletak dikawasan jalan Sekip, Medan, pun tak kalah kondang dengan Gedung Putih Washington DC Amerika itu.

Penghormatan orang kepada Olo Panggabean bisa dilihat saat dia berulang tahun, Natal dan Tahun Baru. Jajaran papan bunga ucapan selamat, termasuk dari para pejabat, memenuhi kawasan sepanjang Jalan Sekip dan jalan-jalan sekitarnya.

Meski sering dikaitkan dengan 'dunia hitam', Olo Panggabean juga dikenal sebagai sosok terpaling dermawan di kota Medan. Dia banyak membantu warga tidak mampu. Salah satu contohnya adalah ketika Olo Panggabean membiayai operasi pemisahan bayi kembar siam Angi-Anjeli di Singapura pada 2004.
Bukan rahasia umum lagi bagi masyarakat luas, Olo adalah Dermawan yang namanya tidak mau disebutkan sebagai donatur pembangunan ratusan tempat ibadah, baik itu muslim ataupun kepercayaan lainnya. Setiap yang meminta sumbangan dana pembangunan rumah ibadah, pihak management Olo Panggabean selalu memberikan yang terbaik .

Bang Olo yang sampai akhir hayatnya tidak memiliki isteri dan anak,tetapi kenyataannya terlalu banyak anak asuahannya yang sampai kini masih terus disantuni dana pendidikan dari pihak Olo Panggabean Foundations, yang memiliki asset kekayaan sebesar Rp 25 Triliun.
Bintang Olo Panggabean kemudian meredup sejak Jenderal Sutanto menjabat Kapolri pada 2005. Olo pernah bertikai dengan Sutanto ketika menjadi Kapolda Sumut. bahkan seringkali Jendral Bintang Dua itu dibikin pusing oleh Olo Cs, dan secara tak terduga tenyata Sutanto mendadak dipilih oleh SBY menjadi Kapolri sehingga hampir semua bisnis usaha Hiburan Kim  milik sang ketua ditutup beroperasi. Praktik perjudian di Sumut, yang sering dikaitkan dengan kebesaran nama Olo Panggabean pun diberantas habis sampai ke akar-akarnya.
Olo Panggabean meninggal dunia karena sakit di RS Glenegles, Medan pada Kamis, 30 April 2009. Dia kemudian dimakamkan di Tanjung Morawa, Deli Serdang, Medan.
Suasana Pemakaman Olo Panggabean ibarat meninggalnya seorang Perdana Menteri berkaliber Dunia, dimana  jutaan masyarakat Kota Medan ikut mengantarkannya ke tempat pusara ,pemakamannya dengan isak tangis penuh duka.
Jejak rekam putra Medan sekaliber Olo yang merupakan seniornya seperti Bumi Simatupang, Azis KKO, Bonggas Sibuea ,  dan Beni Pasaribu, akan diuraikan secara detil dalam penulisan buku novel Bayang Yang Hilang Olo Panggabean , yang sedang ditulis oleh Emil Foster Simatupang, seorang novelis dan wartawan senior ibukota.*** Gontar Luhut. S

Share this article :

3 komentar:

  1. sejarah akan menjadi kenangan. namun takkan ada kenangan jika tidak ada yang mengenang. hal hal yang positif dari seorang preman pun perlu dikenang. lanjutkan penulisamun bang Emil!

    BalasHapus
  2. Apa bukunya sudah jadi mas? Saya mau beli.

    BalasHapus
  3. sewaktu alm KETUA msh ada kami di kota medan lebih siap mati untuk KETUA/OLO PANGGABEAN dari pada pemimpin negara kami sendiri.

    BalasHapus

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved