![]() |
Ilustrasi |
Penyebabnya sederhana, berhenti dan parkirnya mobil angkutan umum yang menyalahi aturan di sekitar Slipi Plaza dan belok kiri kanannya mobil yang semrawut berebutan menjelang perempatan Tomang sehingga berakibat pada kemacetan yang berkepanjangan.
Ini aneh tapi nyata, adanya 3 Polantas (mobil PJR), bukannya mengatur kemacetan lalu lintas, tetapi berdiri di mulut ujung jalur busway menjelang perempatan Tomang untuk memberhentikan mobil-mobil yang tidak sabar dengan kemacetan di tengah malam itu. Hal itu tidak lain karena para petugas tersebut mengharap adanya 100 ribu rupiah untuk mobil-mobil yg masuk jalur busway agar tidak ditilang.
Bisa dibayangkan, berapa puluh mobil korban kemacetan yang jika diatur dengan baik oleh petugas polantas tersebut pasti tidak akan macet dan mobil-mobil kecil itu tidak akan masuk ke jalur busway.
Yanto, seorang pengendara kendaraan bermotor hanya terdiam bingung melihat perilaku seorang Polantas yang berusaha menagih uang Rp 100 ribu kepada pengendara lain di sampingnya. Jika tidak membayar, maka petugas tersebut akan menulis surat tilang.
Pengemudi yang memohon dengan iba dan minta dibantu agar diampuni tetap harus 100 ribu rupiah dan akhirnya dibayar demi kelancaran karena anak istri yang menunggu. Uang lembur darinya untuk keluarga terpaksa harus diberikan kepada petugas Polantas yang tidak mau mengerti bahwa kemacetan yang terjadi karena dibiarkan olehnya, akhirnya menimbulkan korban ditengah malam.
Wartawan IBN yang melihat kejadian tersebut pun hanya bisa ikut prihatin dan memperkirakan bahwa kemacetan tersebut hanya dijadikan sarana para petugas tak bertanggung jawab tersebut untuk mendapatkan uang.
Semoga kedepannya keberadaan petugas Polantas jangan mencari kesalahan tetapi lebih mengutamakan pengamanan dan kelancaran lalu lintas dijalan raya. ***WSI
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !