Jakarta, infobreakingnews - Salah satu perbincangan serius yang dilakukan Presiden terpilih Jokowi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, adalah saat SBY menolak permintaan Jokowi soal menaikan harga BBM. Akibatnya,maka dipastikan bahwa kenaikan harga BBM hanya terjadi pada awal pemerintahan Jokowi- JK.
"Jawabannya, ya beliau menyampaikan bahwa saat ini kondisinya dianggap masih kurang tepat untuk menaikkan BBM," ujar Jokowi.
Jokowi menyayangkan langkah SBY tersebut. Sebab, ia merasa anggaran subsidi energi membebani APBN 2015, belum lagi anggaran yang disediakan demi membayar utang luar negeri. Jumlah alokasi subsidi energi dalam RAPBN 2015 mencapai Rp 433,5 triliun. Adapun jumlah alokasi untuk utang mencapai Rp 154 triliun. "Sangat membebani," ujar dia.
Jokowi memastikan, harga BBM akan dinaikkan saat dirinya menjabat sebagai presiden seusai 20 Oktober 2014 mendatang. Namun, dia tidak bisa menyebut bulan ke berapa harga BBM bakal dinaikkan.
Padahal sebagaimana diketahui dari sekian besar harapan masyarakat kepada Jokowi, adalah kesejahteraan hidup, sementara resiko kenaikan harga BBM selalu saja akan berdampak kepada kenaikan harga bahan pokok lainnya kebutuhan rakyat banyak.
Disilah tantangan terberat yang pertama bagi Jokowi-JK, karena diharapkan adanya pejabat hebat dilingkungan pemerintahan Jokowi yang sanggup mencarikan solusi lain, entah bagaimana caranya sehingga harga BBM jangan dinaikan.
Justru rakyat pengennya akan ada sekali waktu waktu merasakan harga BBM menjadi lebih rendah dari harga sebelumnya,karena adanya pemasukan anggaran yang signifikan dari berbagai sektor pendapatan seperti pajak dan hal lainnya.
Disinilah baru benar-benar negeri ini dirasakan memiliki seorang Presiden yang disebut sebagai sang ratu adil itu. Pertanyaan dihati semua rakyat, apakah Indonesia sudah mendapatkan sang ratu adil atau ratu peningit yang membuat Indonesia akan hebat ? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.*** Candra Wibawanti.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !