Jakarta, Infobreakingnews – Menteri Kelautan
dan Perikanan Susi Pudjiastuti menceritakan pengalamannya sebagai menteri
dalam sebuah buku bertajuk 'Laut Masa Depan Bangsa'. Selain bercerita tentang pengalamannya
menjadi menteri, ia juga menuliskan berbagai tantangan yang harus ia hadapi di
sektor kelautan di Indonesia.
Dalam pengantar buku yang
bersampul biru tersebut, Susi bercerita bahwa duduk sebagai seorang menteri
merupakan satu pengalaman yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia juga
menyadari bahwa banyak permasalahan yang ada di sektor kelautan sangat pelik
sehingga butuh berbagai penanganan.
"Setelah
menjadi menteri, saya mulai menyadari ternyata keindahan laut Indonesia tak
seindah pada yang nampak di mata. Begitu kompleks persoalan yang ada di
dalamnya,” kata Menteri Susi dalam acara bedah bukunya di Jakarta, Rabu (28/2/2018).
Meski kompleks, Susi
mengaku lautan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam hidupnya. Di
dalam buku pertamanya tersebut ia juga menuangkan berbagai visi, misi dan
program pemerintah di bidang Kelautan dan Perikanan.
"Sumber nafkah. Lihat
keindahan dan melakukan berbagai aktivitas saya senang melakukannya di
laut," papar Susi.
Lebih lanjut ia mengatakan,
tujuan dibuatnya buku ini adalah demi mewujudkan mimpi Indonesia sebagai poros
maritim dunia. Indonesia sebagai negara dengan luas perairan yang besar harus
mampu mengawasi lautnya agar kedaulatan negara tetap terus terjaga.
"Tujuan utama
menuliskan buku ini untuk menjadikan Indonesia poros maritim dunia dan laut
masa depan. Ini adalah satu hal yang harus kita sosialisasikan, harus
dimengerti masyarakat karena nantinya masyarakat yang akan jadi penjaga dan
pemilik utama laut masa depan bangsa," ungkap Menteri Susi.
Buku yang ditulis Susi tersebut
terbagi dalam 6 bab. Dalam bukunya ia menjelaskan tiga pilar yang selama ini
diusung Kementrian Perikanan dan Kelautan dalam tugasnya yakni kedaulatan,
keberlanjutan dan kesejahteraan.
Susi juga mengisahkan
tentang pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal atau illegal fishing,
serta upayanya dalam mendorong nelayan untuk meninggalkan penggunaan alat
tangkap cantrang yang dinilai merusak lingkungan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !