Sebagian daerah di Jepang hujan deras akibat badai Hagibis |
Seperti dilansir media Jepang NHK Listrik di lebih dari 270.000 rumah mati
Kantor berita Kyodo melaporkan adanya lima kematian di berbagai daerah
Dua orang meninggal dunia setelah rumahnya tersapu tanah longsor - satu pria di Tomioka, Prefektur GUna, dan seorang perempuan di Sagamihara, dekat Tokyo.
Seorang pria berusia 60-an tahun ditemukan tewas di apartemen yang tergenang air di Kawasaki, barat daya Tokyo, sementara seorang perempuan jatuh ke jalur air dan tenggelam di Tochigi, lapor Kyodo.
Satu korban lain, seorang pria berusia 50-an tahun, ditemukan tewas dalam sebuah mobil yang terbalik di Chiba.
Kyodo mengatakan 11 orang dilaporkan hilang dan lebih dari 90 dilaporkan terluka.
Lebih dari tujuh juta orang terpaksa mengungsi di tengah peringatan banjir dan tanah longsor, namun diperkirakan hanya 50.000 orang yang tinggal di tempat penampungan.
"Hujan lebat yang belum pernah terjadi sebelumnya telah terlihat di kota-kota dan desa-desa di mana peringatan darurat dikeluarkan," ujar pejabat Badan Meteorologi Jepang, Yasushi Kajiwara dalam konferensi pers.
Badan Meteorologi Jepang telah memperingatkan bahwa hujan setinggi setengah meter dapat turun di daerah Tokyo antara Sabtu dan Minggu.
Banyak layanan kereta cepat telah dihentikan dan beberapa jalur di kereta bawah tanah Tokyo dihentikan sejak hari Sabtu.
Lebih dari seribu penerbangan dari dan ke bandara Haneda di Tokyo dan bandara Narita di Chiba telah dibatalkan.
Dua pertandingan Piala Dunia Rugby yang dijadwalkan pada Sabtu dibatalkan karena alasan keamanan dan dinyatakan sebagai seri. Pembatalan ini adalah yang pertama dalam 32 tahun sejarah turnamen.
Pertandingan antara Namibia-Kanada pada hari Minggu yang dijadwalkan berlangsung di Kamaishi juga dibatalkan dan dinyatakan seri.
Meski begitu, pertandingan antara AS-Tonga di Osaka dan Wales-Uruguay di Kumamoto akan berjalan sesuai jadwal pada hari Minggu, kata penyelenggara.
Kompetisi balap Formula 1 juga menunda balapan kualifikasi Grand Prix Jepang pada hari Sabtu "demi kepentingan keselamatan bagi para penonton, pebalap dan semua orang di Sirkuit Suzuka
Warga lokal, James Babb, berbicara kepada BBC dari pusat evakuasi di Hachioji, Tokyo barat. Dia mengatakan sungai di dekat rumahnya berada di ambang meluap.
"Saya dengan saudara ipar saya yang cacat," katanya. "Rumah kami mungkin kebanjiran. Mereka memberi kami selimut dan biskuit."
Andrew Higgins, seorang guru bahasa Inggris yang tinggal di Tochigi, utara Tokyo, mengatakan kepada BBC bahwa dia "telah mengalami banyak topan" selama tujuh tajun menetap di Jepang.
"Saya merasa kali ini, Jepang secara umum menganggap topan ini lebih serius." kata dia.
"Orang-orang sudah bersiap sejak semalam. Banyak orang yang menyetok persediaan."
Baru bulan lalu, Topan Faxai mendatangkan malapetaka di beberapa bagian Jepang, merusak 30.000 rumah, yang sebagian besar belum diperbaiki.
Saya dievakuasi karena atap rumah saya robek oleh topan lainnya dan hujan turun. Saya sangat khawatir dengan rumah saya," kata seorang lelaki berusia 93 tahun kepada NHK, dari tempat penampungan di Tateyama, Chiba.
Saya dievakuasi karena atap rumah saya robek oleh topan lainnya dan hujan turun. Saya sangat khawatir dengan rumah saya," kata seorang lelaki berusia 93 tahun kepada NHK, dari tempat penampungan di Tateyama, Chiba.
Hagibis berarti "kecepatan" dalam bahasa Filipina, Tagalog, dan itu bisa menjadi badai terbesar yang dihadapi negara itu sejak Topan Vera pada tahun 1959.
Topan Vera menghantam Jepang dengan kecepatan 306 km/jam dan menewaskan lebih dari 5.000 orang.
Pada Sabtu sore waktu setempat, rekaman video dan foto-foto memperlihatkan beberapa sungat telah meluap. Ini termasuk Sungai Tamagawa, yang mengalir melalui daerah perumahan di Tokyo.
"Ada bagian di mana aliran sungai itu tidak sepenuhnya dibangun. Kami telah mengatasinya dengan kantong pasir, tapi air mulai meluap," kata pejabat kementerian pertanahan Shuya Nakamura kepada kantor berita AFP.
Telah terjadi 20 topan per tahun di Jepang, namun Tokyo jarang diterjang dengan topan skala ini.*** Winda Tanaka
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !