Headlines News :
Home » » Tangkal Radikalisme, Australia Terapkan Kurikulum Multikulturalisme Sejak PAUD

Tangkal Radikalisme, Australia Terapkan Kurikulum Multikulturalisme Sejak PAUD

Written By Info Breaking News on Kamis, 21 November 2019 | 15.58



Jakarta, Info Breaking News – Guna menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme serta meningkatkan rasa toleransi, pemerintah Australia menerapkan kurikulum multikulturalisme sejak pendidikan anak usia dini (PAUD).

Gary Quinlan, Duta Besar Australia untuk Indonesia, menyatakan pihaknya sadar bahwa terorisme serta radikalisme merupakan suatu ancaman global dan hal itu sangat berisiko bagi Australia sebagai salah satu negara multicultural di dunia.

Berangkat dari hal tersebut, pemerintah Australia pun akhirnya menerapkan kurikulum multikulturalisme sejak PAUD dengan tujuan agar mampu menjadi landasan untuk pembelajaran toleransi dan saling menerima perbedaan satu sama lain, bagi anak-anak dan generasi penerus bangsa.

“Tidak ada negara yang mempunyai solusi ajaib untuk ini (terorisme dan radikalisme) karena setiap individu di seluruh negara bisa menjadi ekstremis,” kata Gary Quinlan yang ditemui di Jakarta, Rabu (20/11/2019).

Gary Quinlan menjelaskan, anak-anak di Australia sejak usia dini diperkenalkan tentang kebudayaan orang lain setiap hari. Negaranya juga ikut melibatkan masyarakat, termasuk para pemuka agama, untuk mendorong multikulturalisme.

“Ini masalah lintas dunia, orang-orang memiliki prasangka satu sama lain di setiap masyarakat di dunia, tapi tentu saja kami melakukan segalanya untuk (mencegah) itu,” tutur dia.

Secara tegas Quinlan menyatakan bahwa Australia sepenuhnya tidak menerima dan sangat jelas menolak Islamofobia, yaitu ketakutan, kebencian, atau prasangka terhadap Islam atau agama Islam secara umum. Pasalnya, persoalan terorisme dan radikalisme bukan terletak pada agama tetapi individu.

“Islamofobia benar-benar tidak bisa diterima dan kami membuat sangat jelas di Australia, mulai dari pemerintah, anggota terkemuka untuk komunitas, politisi, sepenuhnya tidak bisa diterima,” tegas dia.

Menurut Quinlan, situasi individu yang berada dalam tekanan atau diskriminasi bisa menjadi pemicu tumbuhnya radikalisme dan ekstremisme.

“Itu sebabnya kami sangat mengusahakan pendidikan anak-anak muda tentang penerimaan, toleransi, dan multikulturalisme,” pungkasnya. ***Armen

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved