![]() |
Jakarta, Info Breaking News –
Guna menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme serta meningkatkan
rasa toleransi, pemerintah Australia menerapkan kurikulum multikulturalisme
sejak pendidikan anak usia dini (PAUD).
Gary Quinlan, Duta Besar
Australia untuk Indonesia, menyatakan pihaknya sadar bahwa terorisme serta
radikalisme merupakan suatu ancaman global dan hal itu sangat berisiko bagi
Australia sebagai salah satu negara multicultural di dunia.
Berangkat dari hal tersebut,
pemerintah Australia pun akhirnya menerapkan kurikulum multikulturalisme sejak
PAUD dengan tujuan agar mampu menjadi landasan untuk pembelajaran toleransi dan
saling menerima perbedaan satu sama lain, bagi anak-anak dan generasi penerus
bangsa.
“Tidak ada negara yang
mempunyai solusi ajaib untuk ini (terorisme dan radikalisme) karena setiap
individu di seluruh negara bisa menjadi ekstremis,” kata Gary Quinlan yang
ditemui di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Gary Quinlan menjelaskan,
anak-anak di Australia sejak usia dini diperkenalkan tentang kebudayaan orang
lain setiap hari. Negaranya juga ikut melibatkan masyarakat, termasuk para
pemuka agama, untuk mendorong multikulturalisme.
“Ini masalah lintas dunia,
orang-orang memiliki prasangka satu sama lain di setiap masyarakat di dunia,
tapi tentu saja kami melakukan segalanya untuk (mencegah) itu,” tutur dia.
Secara tegas Quinlan
menyatakan bahwa Australia sepenuhnya tidak menerima dan sangat jelas menolak
Islamofobia, yaitu ketakutan, kebencian, atau prasangka terhadap Islam atau
agama Islam secara umum. Pasalnya, persoalan terorisme dan radikalisme bukan
terletak pada agama tetapi individu.
“Islamofobia benar-benar tidak
bisa diterima dan kami membuat sangat jelas di Australia, mulai dari
pemerintah, anggota terkemuka untuk komunitas, politisi, sepenuhnya tidak bisa
diterima,” tegas dia.
Menurut Quinlan, situasi
individu yang berada dalam tekanan atau diskriminasi bisa menjadi pemicu
tumbuhnya radikalisme dan ekstremisme.
“Itu sebabnya kami sangat
mengusahakan pendidikan anak-anak muda tentang penerimaan, toleransi, dan
multikulturalisme,” pungkasnya. ***Armen
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !