Jakarta, Info Breaking News –
Bocornya ratusan pesan internal karyawan Boeing dari tahun 2015-2018 membuat
sejumlah rahasia perusahaan pembuat pesawat asal Amerika Serikat tersebut
mencuat ke publik.
Salah satu di antaranya
merupakan pesan dari mantan pilot teknis senior Boeing, Mark Forkner dan
seorang pilot teknis lain yakni Patrik Gustavsson.
Sebuah pesan menyebut Boeing tipe
737 Max sebenarnya memiliki kelemahan dalam berbagai sistem. Hal inilah yang
membuat pesawat tidak aman untuk diterbangkan serta berisiko bagi keselamatan
penumpang.
Dalam pesan yang dibuat pada
tahun 2017, seorang karyawan lain yang namanya tak disebutkan menyebut Boeing
737 Max memiliki desain yang buruk. Tak hanya itu, dalam pesan antar karyawan
tersebut mencuat pula bahasan mengenai potensi kecelakaan fatal dari Boeing 737
Max mengingat pengerjaannya yang dilakukan di bawah standar.
Mengetahui
fakta tersebut, seorang karyawan bertanya pada yang lainnya. "Apakah kamu
akan membiarkan keluargamu terbang dengan simulator Max? Saya tidak mau”
"Tidak,"
jawab karyawan lain.
Kemudian pada
pesan yang dikirim pada April 2017, seorang karyawan mengeluhkan teknologi
manajemen penerbangan Max. Ia bahkan sampai menulis pesan yang mengolok-olok
pembuatan pesawat tersebut.
“Pesawat ini
dirancang oleh badut dan diawasi oleh monyet,” tuturnya.
Tak sampai
disitu saja, ia juga mengajak karyawan yang lain untuk memperbaiki desain yang
buruk pada 737 Max dengan istilah 'mari kita tambal perahu bocor'.
Menanggapi
hal tersebut, sertifikasi Otoritas Penerbangan Federal AS menyatakan jenis
pesawat itu aman untuk terbang. Sementara karyawan lain banyak yang
mempertanyakan mengapa barang ‘bobrok’ seperti itu bisa lulus pemeriksaan.
Di pesan yang
dikirim tahun 2018, seorang karyawan bahkan sangat merasa berdosa dan merasa
belum mendapat pengampunan dari Tuhan karena menutupi pekerjaan buruk terkait
737 Max yang dilakukan sebelumnya.
Munculnya pesan-pesan
kontroversial ini lantas menuai banyak respons. Politisi
AS menilai keberadaan pesan tersebut sangat mengganggu dan menunjukkan adanya
upaya terkoordinasi untuk menyembunyikan informasi soal kelemahan atau cacat
pesawat yang setidaknya telah menyebabkan 2 kali kecelakaan fatal di Indonesia (Lion
Air 2018) dan Ethiopia (Ethiopian Airlines 2019) yang memakan korban hingga
total 346 jiwa.
Dipercaya,
salah satu faktor penyebab kecelakaan adalah adanya elemen baru di sistem
kontrol penerbangan otomatis yang disebut sebagai MCAS.
Boeing 737
Max hingga saat ini telah dipesan sebanyak 5.000 unit oleh berbagai maskapai di
dunia. Salah satu keunggulan yang ditawarkan adalah pesawat dapat digunakan
tanpa perlu menempatkan pilot pada program pelatihan simulator yang memakan
biaya tinggi.
Hal ini
berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan seorang karyawan dalam pesannya
di tahun 2015 yang mengatakan bahwa sesungguhnya pihak regulator penerbangan
menginginkan pelatihan simulator untuk jenis peringatan tertentu yang mungkin
akan sangat krusial.
Ketua Komite
Transportasi, Peter DeFazio yang telah menyelidiki Max mengatakan pesan-pesan
tersebut menunjukkan Boeing yang terlihat menutupi fakta soal produknya dari
regulator dan masyarakat. Bahkan para karyawannya sendiri juga terlibat
kekalutan di internal perusahaan.
Menanggapi
insiden ini, Boeing menyatakan pihaknya tidak dapat menerima hal ini. Mereka
mengaku telah berkomunikasi dengan FAA dan berkomitmen untuk bersikap
transparan dengan regulator.
Karyawan
yang diketahui terlibat dalam percakapan tersebut akan dikenai tindakan
disipliner dari perusahaan. Boeing juga mengaku telah membuat perubahan
signifikan sebagai upaya peningkatan proses dan budaya keselamatan perusahaan. ***Deviane
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !