Headlines News :
Home » » Tips Masuk Kuliah di Era New Normal

Tips Masuk Kuliah di Era New Normal

Written By Info Breaking News on Kamis, 09 Juli 2020 | 04.38

Saat persiapan UTBK 
Jakarta, Info Breaking News - New normal bukanlah istilah baru, Istilah new normal muncul lebih dari dua dekade yang lalu, saat setelah krisis keuangan tahun 2007-2008 dan kemudian setelah resesi global pada tahun 2008-2012.

New Normal dalam Dunia Pendidikan

Belakangan ini, disebabkan pandemi Covid-19, istilah new normal kembali muncul dalam konteks yang lebih luas, seperti; ekonomi, politik, kehidupan sosial, pendidikan dan kebiasaan sehari-hari di masyarakat awam. Mulai dari hal yang paling sederhana, seperti pemakaian masker, membersihkan tangan setiap kali setelah menyentuh pegangan pintu atau tombol ATM, menempatkan petugas pengukur suhu tubuh di pintu-pintu masuk pusat perbelanjaan dan kantor-kantor, hingga hal-hal yang kompleks seperti bekerja dari rumah dan seminar online.

Dalam konteks pendidikan, disadari atau tidak, “new normal” telah mulai terjadi secara global sejak pandemi Covid-19. Kegiatan belajar mengajar yang bisanya dilaksanakan secara tatap muka secara langsung, dimana pendidik dan peserta didik hadir secara fisik di ruang-ruang kelas dan tempat-tempat belajar, kini digantikan dengan kegiatan pembelajaran melalui media elektronik (e-learning) baik secara singkron ataupun secara nir-sinkron. E-learning nir-sinkron dapat dilakukan secara dalam jaringan (daring) maupun secara luar jaringan (luring).

Pada pembelajaran daring, pendidik dan peserta didik pada waktu yang sama berada dalam aplikasi atau platform internet yang sama dan dapat berinteraksi satu sama lain layaknya pembelajaran konvensional yang dilakukan selama ini. Sedangkan pada pembelajaran luring, pendidik melakukan pengunggahan materi melalui web, mengirim lewat surat elektronik (e-mail) ataupun mengunggahnya melalui media sosial untuk kemudian dapat diunduh oleh peserta didik.

Dalam cara luring, peserta didik melakukan pembelajaran secara mandiri tanpa terikat waktu dan tempat. Di sisi lain, e-learning secara singron hanya dapat terjadi secara daring. Meskipun pada kenyataannya, kegiatan belajar mengajar secara e-learning telah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi dari sejak lama, namun cara pembelajaran seperti ini adalah kesadaran (awareness) terhadap era Industrial Revolution 4.0, era yang membawa perubahan pada cara manusia dalam bekerja, berinteraksi dan bertransaksi.

Dalam perspektif pendidikan, istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori pendidikan sebagai implikasi dari Industrial Revolution 4.0 adalah Education 4.0, untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi di era Industrial Revolution 4.0 baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran. Education 4.0 merupakan inovasi dunia pendidikan di era Industrial Revolution 4.0, dianya merupakan sebuah jawaban dari pertanyaan “bisakah kita melakukan?”.

6 Hal Penting dalam Menerapkan E-learning 

1. Dosen dan mahasiswa harus meningkatkan keterampilan internet dan literasi komputer

Paling tidak, dosen harus mampu memanfatkan kanal-kanal yang tersedia, seperti Learning Management System, media komunikasi berbasis audio-video, media sosial serta media penyimpan data yang dapat digunakan membantu terjadinya kegiatan belajar mengajar yang berkualitas.

Secara umum, keterampilan internet dan literasi komputer mahasiswa lebih baik daripada dosen, sehingga yang menjadi pertimbangan dari sisi mahasiswa adalah koneksi internet, terutama di daerah-daerah terpencil, terdepan dan tertinggal, dan beberapa mahasiswa mungkin akan terbebani jika menggunakan paket data.

2. Menentukan kembali capaian pembelajaran

dosen harus melakukan penjajaran konstruktif (constructive aligment) ulang terhadap keselarasan tiga komponen Outcome Based Education (OBE), yakni (1) capaian pembelajaran, (2) aktivitas pembelajaran, dan (3) metode asesmen yang telah disusun dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS).

RPS tidak perlu dirubah secara total, namun cukup dengan menentukan kembali capaian pembelajaran mana yang dapat disampaikan secara e-learning dan mana yang tidak, karna tidak semua capaian pembelajaran dapat terpenuhi dengan pelaksanaan e-learning, seperti keterampilan yang bersifat hands on, terutama pada program-program studi vokasi.

Selanjutnya lakukan pemetaan ulang capaian pembelajaran terhadap aktifitas pembelajaran, termasuk penentuan metode asesmen yang sesuai bagi setiap capaian pembelajaran.

3. Dosen harus menjamin kesiapan (readiness) materi kuliah dengan perspektif

Belajar mandir” dalam format digital sedemikian rupa sehingga mahasiswa mudah memahami materi kuliah, terutama jika diberikan secara luring.

Untuk matakuliah umum, dasar keahlian dan pengetahuan terapan, penyampaian materi kuliah dalam bentuk ringkasan kuliah sebaiknya dihindari, akan lebih tepat jikalau dosen memberikan catatan kuliah, penggunaan software simulasi yang open source, ataupun rekaman audio-video. Materi kuliah praktik yang menggunakan toolbox, dosen diharapkan menyiapkan rekaman tutorial, untuk dipelajari mahasisa secara mandiri.

4. Tentukan durasi setiap unit pembelajaran

Durasi pembelajaran erat kaitannya dengan beban belajar mahasiswa (Sudent Learning Time/SLT) yang ditentukan dengan jumlah satuan kredit yang diambil mahasiswa. Untuk pembelajaran daring, perhatikan waktu yang koheren sesuai dengan tingkat pengaturan diri dan kemampuan metakognitif mahasiswa. Penentuan durasi setiap unit pembelajaran sangatlah penting, terutama dalam memberikan tugas kepada mahasiswa.

Tugas yang menyita waktu dapat membuat beban belajar mahasiswa menjadi jauh lebih tinggi dari beban kredit yang dambilnya.

5. Asesmen dalam bentuk kuis dan tugas mandiri harus siap

Asesmen dalam bentuk kuis dan tugas mandiri lainnya harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga kualitas soal tetap memenuhi taxonomy level yang sesuai dengan jenjang program studi.
Ujian formatif dan sumatif sebaiknya tetap dilakukan secara langsung dan terjadwal sebagaimana cara konvensional yang dipraktekan selama ini.

6. Kampus harus mempersiapkan infrastruktur dan bandwidth yang cukup

kampus harus mempersiapkan infrastruktur dan bandwidth yang cukup jika menggunakan jaringan kampus. Lonjakan pengguna secara tiba -tiba dan pemakaian yang simultan akan menyebabkan server mengalami bottleneck, hang, hingga down.

Selain itu, kampus harus menetapkan aplikasi atau platform yang dipakai guna menghindari mahasiswa mengunduh dan mencoba terlalu banyak aplikasi atau platform. Tentu saja perguruan tinggi tidak semata-mata menumpukan perhatian kepada enam hal yang diuraikan di atas.

Namun, setidaknya bisa menjadi langkah awal bagi perguruan tinggi saat menyusun e-learning dalam menerapkan Blended Learning guna mewujudkan Education 4.0 yang akan menjadi New Normal di era Industrial Revolution 4.0 pasca pandemi Covid-19 nantinya dengan aplikasi Edlink.id

Sumber: https://padek.jawapos.com/opini/08/05/2020/new-normal-pembelajaran-pasca-pandemi-covid-19/

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved