Headlines News :
Home » , , » Gigit Jari, Usaha Konsumen Meikarta tak membuahkan Hasil

Gigit Jari, Usaha Konsumen Meikarta tak membuahkan Hasil

Written By Info Breaking News on Selasa, 20 Desember 2022 | 16.37

 Apartemen Meikarta yang Mangkrak

Jakarta
, Info Breaking NewsProyek pembangunan  Apartemen Meikarta yang dimiliki oleh PT Lippo Cikarang Tbk. (LPCK), kembali menjadi sorotan. Masalah Apartemen Meikarta yang tak kunjung beres membuat para pembeli gigit jari lantaran proses serah-terima unit tak kunjung terealisasikan. Pembangunan proyek ambisius itu tidak menunjukkan hasil progresif. Alhasil, pilu dirasakan oleh para pembeli unit Meikarta yang menggunakan skema kredit kepemilikan apartemen (KPA) maupun hard cash. Mereka mengaku menyesal karena termakan iklan “hunian murah” dengan fasilitas lengkap yang gencar digaungkan Lippo Group pada 2017 silam.

Konsumen Meikarta Yang Melakukan Demo

Segala upaya dilakukan para konsumen Meikarta tapi tak pernah membuahkan hasil. Selain mengadu ke Presiden Jokowi, DPR, hingga negosiasi dengan Bank Nobu selaku pemberi kredit juga tak membuahkan hasil.

Alih-alih mendapatkan kepastian hunian, para debitur malah sempat ditawari hunian dengan harga selangit, bahkan berkali-kali lipat dari harga unit apartemen Meikarta yang mereka beli.

Gerrits, salah seorang debitur Bank Nobu yang melakukan KPA untuk satu unit apartemen di Meikarta. Dia mengatakan bahwa sebelumnya sudah berkali-kali mendatangi Bank Nobu untuk bantu memberikan pilihan yang menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya, dia mengaku pernah menawarkan pilihan untuk meneruskan cicilan tapi di proyek Lippo lainnya, bukan Meikarta.

"Kami sudah berkali-kali ke sini, sebelum aksi ini. Malahan kami bantu mencari win-win solution. Contohnya, ini dulu ya. Kita nerusin cicilan tapi nggak mau di Meikarta nih karena nggak jelas, kita tetap nyicil ke Bank Nobu, tapi kita nyicil ke yang lain (bukan Meikarta), misalnya apartmen lain atau perumahan lain yang lebih jelas. Tapi kita tetap lanjutkan cicilan. Mereka bilang 'nggak mau', Katanya karena beda developer," kata Gerrits kepada Media, Selasa (20/12/2022).

Selanjutnya, dia kembali lagi untuk bernegosiasi, "Oke, yang satu developer, sama-sama Lippo. Kita minta pindah ke yang di Karawaci, kan satu developer, bisa dong (seharusnya). Tapi nggak bisa juga, katanya karena satu grup tapi beda developer. Terus kami pertanyakan, (pada waktu) dulu itu."

Pihak Bank Nobu selalu mengatakan tidak bisa memindahkan cicilan dengan dalih 'beda developer'. Namun, pada akhir negosiasi sebelumnya, Gerrits mengatakan pihak Bank malah menawarinya hunian mahal yang juga berbeda developer dengan Meikarta (PT Mahkota Sentosa Utama), Rolling Hills.

"Nah, (Bank Nobu) malah menawarkan Rolling Hills. Itu beda developer sama MSU, tapi satu grup. Mereka kasih opsi itu, 'kalau yang nggak mau beli di Meikarta boleh pindah nyicil ke Rolling Hills'. Rolling Hills ini perumahan bukan apartemen, yang harganya cukup jauh bedanya dengan apartemen Meikarta," tuturnya.

"Hanya itu opsinya. Kan kita jadi kayak nggak dikasih opsi. Kita sudah cari win-win solution tapi dari mereka hanya ngasih opsi yang sangat merugikan kita. Padahal kita nggak ada salah ya. Kita ini bayar cicilan terus loh, rutin, nggak ada nunggak atau segala macamnya. Tapi kenapa yang kita peroleh itu seperti ini, bahkan bank itu seperti cenderung lepas tangan," curhatnya.

Namun, giliran konsumen yang tidak bayar atau bahkan hanya telat satu hari, dari Bank Nobu langsung melayangkan Surat Peringatan (SP). Jika pembayaran tidak lancar, debitur juga dikenakan denda.

Tak hanya itu, jika debitur memutuskan untuk tidak melanjutkan cicilannya, uang yang sudah masuk ke Bank Nobu akan hilang begitu saja, tanpa adanya kejelasan apapun.

"Giliran kita nggak bayar, mereka kasih SP1, SP2, SP3. Kalau pembayaran nggak lancar kena denda. Kalau nggak diteruskan cicilannya uang kita hilang. Padahal yang bermasalahnya itu si developernya, tapi nggak diapa-apain, didenda juga engga. Tapi kita yang bayar, kita yang kena segala macamnya," ujarnya.

"Bahkan ada temen kita, katanya unitnya sudah hilang gara-gara dia nggak mau nerusin cicilan. Udah hilang katanya duitnya. Jadi apa yang selama ini dia udah bayar hangus gitu aja," tambah Gerrits.

Lebih lanjut, salah seorang debitur lainnya yang juga ditawari hunian di Rolling Hills, Rosliani.

"Kalau saya kan ngambil studio (di Meikarta), waktu itu saya cicil sekitar Rp 150 juta, tapi kan ada bunga dan segala macam. Nah ini yang ditawarkan tahun lalu (2021) (penawaran untuk Rolling Hills) seinget saya itu paling murah di angka Rp 600 jutaan. Itu jauh banget, sampai lebih dari 3 kali lipat harganya. Ya kan saya nggak ada uang," kata Rosliani.

"Tapi kalau hanya nambah Rp 10-20 juta oke dong. Ini jauh banget harganya, jauhnya ratusan juta," imbuh Gerrits dan Rosliani.

Rosliani menuturkan bahwa penawaran dari pilihan yang diberikan Bank Nobu tidak pernah menyenangkan bagi pihaknya, selalu saja tidak adil bagi para debitur.

"Itu pilihannya nggak adil banget buat kita," pungkasnya.

Pihak yang bersangkutan dalam hal ini Bank Nobu enggan memberikan komentar.

"Untuk sekarang, tidak ada statement yang bisa kami sampaikan," ujar Corporate Communication, Mario Satrio kepada awak media. *** Arash

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved