Azis Sitanggang |
Bogor, Info Breaking News - Pesona dan kwalitas mutu pendidikan IPB University semakin moncer, karena terkini telah mengukuhkan Prof Dr-Ing Aziz Boing Sitanggang, MSc, STP sebagai guru besar pada Juni 2023. Menariknya, Prof Aziz adalah profesor termuda di IPB, dan Prof Aziz dikukuhkan sebagai guru besar pada usia 36 tahun 9 bulan.Prof Aziz menyelesaikan kwalitas pendidikan doktor di Technische Universitat Berlin bidang chemical and process engineering. Menurutnya, gelar profesor yang dia dapat adalah hasil desain dari Prof Slamet Budijanto, yang kini adalah dekan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University, yang banyak membimbingnya.
"Prof Slamet Budijanto yang menyadarkan saya ternyata ada peluang untuk menjadi profesor. Beliau melihat potensi dan publikasi-publikasi saya selama ini," ujarnya, dikutip dari rilis kampus, Kamis (4/4/2024).
Prof Aziz menilai, menjadi profesor adalah jalan yang kita buka sendiri, sesuatu yang disiapkan dan harus distrategikan.
Profesor termuda di IPB University ini fokus meriset bidang rekayasa proses pangan, lebih khususnya lagi pada rekayasa pangan fungsional. Prof Aziz mengatakan dia banyak menggunakan keilmuan rekayasa proses pangan untuk memproduksi ingredient pangan fungsional.
"Pangan fungsional saat ini sedang menjadi tren. Sekarang, orang-orang tidak lagi hanya mengonsumsi pangan untuk pemenuhan kebutuhan kalori, tapi juga menginginkan adanya manfaat atau dampak yang positif utnuk kesehatan dari pangan yang telah dikonsumsi," terangnya.
Prof Aziz dan grup risetnya mempelajari proses menghasilkan peptida bioaktif, yaitu semacam fragmen protein kecil yang terdiri atas 2 hingga 20 asam amino dan mempunyai aktivitas fungsional tertentu untuk tubuh, misalnya sebagai antioksidan, komponen pengatur tekanan darah, dan sebagainya.
Dia pun menegaskan, yang ia kembangkan bersama grup risetnya adalah fokus pada teknologi untuk memproduksi ingredient, bukan formulasi atau pengembangan pangan fungsionalnya.
Satu Tahun Belasan Publikasi
Prof Aziz sudah memublikasikan 54 artikel terindeks Scopus. Pada publikasinya itu, dia bertindak sebagai penulis utama, terkadang juga sebagai corresponding author.
Dia menuturkan dalam satu tahun dapat menghasilkan 10 hingga 15 publikasi,bahkan hingga 17. Prof Aziz menambahkan, data-data yang dia dapat dalam publikasi tersebut adalah data dari penelitiannya di laboratorium, berkolaborasi dengan banyak mahasiswa, dan tak diperoleh dalam waktu singkat.
Prof Aziz mengatakan butuh komitmen tinggi untuk memperoleh gelarnya itu sejak 2019. Lulusan S2 Taiwan itu menyebut ada tuntutan jumlah publikasi yang harus dicapai per tahunnya, belum lagi dia harus mengejar waktu untuk memenuhi target tersebut.
"Banyak orang berpikir, mudah sekali bagi saya untuk menjadi profesor muda. Padahal tata aturan yang saya lewati untuk menjadi profesor adalah tata aturan sama, yang berlaku bagi orang lain juga. Mungkin yang tidak dipahami banyak orang adalah ada hal-hal yang harus saya korbankan untuk bisa meraih jabatan akademik ini," tegasnya.
Kepada para mahasiswa yang ingin melanjutkan karier di bidang akademik, Prof Aziz berpesan agar jangan pernah berhenti bermimpi dan jangan ragu untuk berubah, sebab pada dasarnya hal yang sudah dilalui hanyalah tahapan kehidupan. Dia pu Fostern berpesan untuk berani keluar dari zona nyaman agar bisa menggali potensi sebesar-besarnya.
Kedepan IPB University akan lebih banyak lagi menghasilkan para ilmuwan ternama yang berguna bagi negeri tercinta demi menyongsong Indonesia Emas. *** Jeremy Foster
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !