Headlines News :
Home » » Ini Cara Terbaik Merantau Ke Kalimantan Untuk Bergaul Akrab Dengan Suku Dayak

Ini Cara Terbaik Merantau Ke Kalimantan Untuk Bergaul Akrab Dengan Suku Dayak

Written By Info Breaking News on Senin, 07 Juli 2025 | 19.09


Palangkaraya, Info Breaking News -
 Ini sejumlah hal penting yang harus diketahui oleh para perantau ke Kalimantan untuk belajar banyak hal, mulai dari adat istiadat hingga cara masyarakat menjaga kehormatan bersama. Salah satu larangan adat paling penting adalah jangan mempermainkan gadis Dayak, sebab di balik larangan ini terdapat nilai sosial, spiritual, dan hukum adat yang masih berlaku hingga saat ini.

Di tengah arus urbanisasi dan pertemuan lintas budaya, banyak anak rantau yang datang bekerja, belajar, atau sekadar menetap sementara di daerah yang mayoritas penduduknya memegang teguh adat Dayak.Sayangnya, tak sedikit yang luput memahami bahwa hubungan sosial di tanah ini bukan sekadar urusan pribadi, melainkan bagian dari struktur komunal yang menjunjung tinggi harga diri dan martabat keluarga, terutama perempuan.

Bersikap sembarangan terhadap perempuan, terlebih dengan menjalin kedekatan tanpa niat baik atau komitmen serius, bisa menimbulkan konsekuensi yang tak main-main.Di banyak wilayah Dayak, pelanggaran terhadap kehormatan seorang perempuan bisa berujung pada sanksi adat, penyelesaian lewat musyawarah kampung, atau bahkan denda secara resmi yang diatur dalam hukum adat.

Melalui artikel ini, kita akan menelusuri lebih dalam bagaimana masyarakat Dayak memaknai posisi perempuan dalam struktur adatnya, bagaimana hukum adat bekerja untuk melindungi kehormatan, serta mengapa larangan ini penting dihormati siapa saja, terutama anak rantau yang ingin hidup selaras di tanah yang kaya budaya ini.

Perempuan Dayak Sebagai Pilar Sosial, Kultural dan Spiritual
Perempuan Dayak bukan hanya figur domestik, mereka adalah penjaga tradisi, pemegang hak tanah, dan pelaksana ritual adat. Penelitian oleh Evi Feronika Elbaar dan Misrita (2018) yang mengangkat isu Kewenangan Perempuan Ngaju di Kalimantan Tengah, menjelaskan perempuan Dayak Ngaju mengambil bagian aktif dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga, pendidikan, serta mengelola sumber daya alam seperti hasil kebun dan sungai.

Pembagian kerja menurut studi tersebut menunjukkan perempuan Dayak tidak hanya terdiri dari tugas domestik seperti memasak dan merawat anak. Mereka juga merupakan pekerja lapangan, berladang, berkebun, memanen rotan, atau mencari ikan di sungai dan rawa untuk menopang ketahanan pangan keluarga. Ini membuktikan perempuan Dayak memiliki kewenangan ekonomi yang setara, bukan sekadar pendukung langkah suami.

Lebih jauh, studi mengenai kedudukan perempuan Dayak menemukan bahwa mereka memiliki peran ganda, layaknya 'bawi mandiri', yang menunjukkan adanya hubungan sejajar antara gender dalam tugas domestik maupun publik.

Tidak hanya urusan sosial dan berumah tangga, menurut buku berjudul Bawin Dayak: Kedudukan, Fungsi, dan Peran Perempuan Dayak yang dikarang oleh Nila Riwut, perempuan Dayak telah menjunjung kesetaraan gender sejak lama.Perempuan tidak dianggap lemah, bahkan diberi tanggung jawab penting seperti menjadi Balian, yaitu mediator spiritual antara manusia dan makhluk tak kasat mata.

Sejak kecil, perempuan Dayak diajarkan untuk berhati-hati dalam berbicara, karena setiap ucapan diyakini memiliki konsekuensi. Dalam kepercayaan Dayak, semua makhluk memiliki peran masing-masing untuk menjaga keseimbangan alam, yang disebut sebagai kondisi serasi dan seimbang.

Hal-hal di atas menjadikan perempuan Dayak sebagai otoritas sosial dan budaya yang layak dihormati.

Gadis suku Dayak, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kaltim Foto: (Masaul/detikTravel)
Hukum Adat yang Tegas Melindungi Martabat Perempuan
Hukum adat Dayak, seperti yang dipelajari oleh I Made Kastama dalam penelitiannya tentang hukum adat Dayak, pelanggaran norma, terutama terhadap perempuan, ada sanksi adat berupa denda (singer) dan pemulihan kehormatan. Penyalahgunaan hubungan tanpa komitmen umum direspons melalui musyawarah adat dan keputusan komunal yang melibatkan seluruh lembaga adat. Jika tak diikuti komitmen, pelaku wajib membayar denda atau menyelesaikan masalah sesuai adat.

Di Desa Saripoi, Kabupaten Murung Raya, Suku Dayak Siang menerapkan sanksi adat Jipen untuk pelanggaran seperti perselingkuhan.Sanksi ini berbasis musyawarah adat (dama), dengan bentuk denda yang disesuaikan tingkat keseriusan pelanggaran. Tujuannya bukan semata menghukum, tapi juga mengembalikan keseimbangan dalam komunitas, dengan pendekatan restoratif, menciptakan efek jera, sekaligus menjaga keharmonisan kekerabatan antar keluarga dan desa.

Lain lagi di Suku Dayak Seberuang, Desa Suka Jaya, Kecamatan Tempunak, terdapat sistem sanksi adat Ngampang bagi laki-laki yang menghamili wanita tanpa status pernikahan. Pelakunya akan dipanggil ke sidang adat, jadi dikenai denda dan diwajibkan mengikuti upacara adat.

Meski perlaksanaannya terkadang mengalami hambatan, seperti pengaruh external budaya dan agama, ketegasan hukum adat tetap dipertahankan sebagai media pengendalian moral dan spiritual. Kedua sanksi tersebut, baik Jipen maupun Ngampang, memiliki fungsi utama untuk:

Melindungi martabat dan nama baik perempuan serta keluarganya
Memberi efek jera agar yang lampau tidak terulang
Memperbaiki keseimbangan sosial dan spiritual dalam komunitas
Sanksi ini tidak hanya sebagai bentuk hukuman, tetapi juga penyembuhan komunitas melalui mekanisme adat yang menekankan tanggung jawab bersama dan pengembalian nama baik.

Bagi perantau, penting untuk memahami bahwa menjalin hubungan dengan perempuan Dayak harus dilakukan dengan:

Pendekatan resmi: izin dan kunjungan hormat ke keluarga.
Niat serius: kesiapan menikah adat bila hubungan berkembang.
Rasa hormat penuh: menghargai peran perempuan sebagai penjaga nilai dan integritas adat.
Sikap seperti ini tidak hanya menghindarkan konflik, tetapi juga menunjukkan penghormatan terhadap struktur sosial dan nilai spiritual masyarakat Dayak.

Larangan mempermainkan gadis Dayak bukanlah sekadar norma romantis, melainkan bagian dari tata hukum adat, spiritualitas, dan penghormatan terhadap peran perempuan dalam masyarakat. Mengabaikannya bisa berujung terkena sanksi adat, konflik sosial, dan keretakan hubungan antarkomunitas.

Bagi anak rantau, memahami dan menghormati nilai budaya ini adalah langkah penting untuk hidup selaras di Kalimantan, karena membina hubungan berarti menghargai martabat individu dan komunitas secara penuh.
*** Emilisa.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved