![]() |
Thomas Weber, penjaga kuburan hutan
Hangelsberg Friedwald, Jerman, mengatakan, pohon yang tinggi secara otomatis
membuat mata melihat ke langit.
"Pemandangan langit yang damai
membantu mereka yang tengah berduka setelah kehilangan sosok yang
dikasihi," ujarnya seperti dikutip Deutsche Welle, akhir
pekan lalu.
Jenazah yang hendak dimakamkan di
hutan itu dikremasi terlebih dulu, kemudian dikuburkan pada kedalaman antara 80
cm dan 120 cm dengan guci biodegradable (bisa terurai oleh organisme hidup
lainnya).
Tidak dibutuhkan karangan bunga dan
sebagainya, karena diyakini bahwa alam yang akan menjaga kuburan beserta roh di
dalamnya.
Lantas, apakah
menguburkan jenazah orang yang dicintai itu menjadi murah, karena ada di dalam
hutan? Jangan salah. Biaya yang dikeluarkan tidak sedikti.
Untuk bisa
"menyatu dengan alam untuk selamanya", keluarga yang menguburkan
kerabat atau keluarganya di dalam hutan itu harus mengeluarkan biaya yang
bervariasa tergantung dari tipe kuburan.
"Pohon
keluarga" untuk masa sewa selama 99 tahun dihargai mulai dari 3.350 Euro
atau sekitar Rp 50 juta. Sementara, "pohon komunitas" dihargai paling
murah 770 Euro atau sekitar Rp 11,5 juta.
Para ranger (penjaga hutan) di Friedwald memilih
pohon yang sesuai untuk menjadi lokasi penguburan guci abu. Pohon ditandai
dengan berbagai warna pita yang berbeda, bergantung pada kategori jenis kuburan
pohon, apakah untuk keluarga, pasangan atau komunitas. Setelah pohon 'disewa'
seseorang, pitanya akan dilepas.
Pelat berukuran
kecil dengan nama orang yang dikubur bisa dipasangkan pada pohon tempat abunya
dikuburkan. Sekitar 10 abu jenazah bisa dikuburkan setiap satu pohon. Ini
dinamakan "pohon keluarga". Bagi yang tidak saling mengenal ada
"pohon komunitas".
Tren ini dinilai sebagai salah satu cara untuk melestarikan hutan. Sebab, siapa pribadi yang berani memasuki wilayah hutan yang dipenuhi dengan kuburan? ***Nadya



0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !