![]() |
Presiden Venezuela Nicolás Maduro |
Istanbul, Info Breaking News
– Entah apa yang ada di pikiran Presiden Venezuela Nicolás Maduro.
Saat rakyatnya kelaparan, ia malah terlihat asyik makan daging stik di restoran
Salt Bae, Istanbul, Turki. Tak hanya itu, ia juga turut menikmati cerutu,
sajian enak dan mewah di restoran mahal bersama koki dan selebriti pada Senin
(17/9/2018) lalu.
Maduro beserta istri berada
di Istanbul untuk singgah dalam perjalanannya dari Tiongkok. Sebelumnya
diketahui dia pergi ke Tiongkok untuk meminta pinjaman lebih banyak bagi
negaranya yang dilanda krisis ekonomi.
Aksinya tersebut lantas
menuai banyak kecaman dari berbagai kalangan. Tak hanya warga Venezuela, Senator
Amerika Serikat (AS) Marco Rubio dari Florida pun juga ikut melontarkan
kecaman.
“Saya tidak tahu siapa yang aneh #Saltbae ini,
tetapi orang yang dibanggakannya itu bukan Presiden #Venezuela.” ungkap Rubio melalui
akun twitternya.
Dia sebenarnya adalah seo”rang
diktator yang terlalu gemuk di suatu negara di mana 30% orang hanya makan satu
kali sehari & bayi menderita kekurangan gizi,” tambahnya.
Warga Venezuela Hanya Makan
Satu Kali Sehari
Berdasarkan suatu jajak
pendapat, 30% atau sekitar 9 juta warga Venezuela makan hanya sekali sehari.
Kondisi ini sangat kontras dengan perilaku Presiden Nicolas Maduro yang justru
menikmati sajian daging stik di restoran mewah di Turki.
Satu jajak pendapat
Meganalisis yang dirilis Senin (17/9/2018) menemukan kebiasaan makan mingguan
rakyat Venezuela yakni 30,5% mengaku sering makan hanya sekali sehari dan 28,5%
melaporkan "tidak ada atau hampir tidak ada" makanan setidaknya satu
hari dalam seminggu. Secara keseluruhan, 78,6% melaporkan kesulitan untuk tetap
makan.
Survei juga menemukan
sebanyak 84,3% dari warga Venezuela yang disurvei akan mendukung
"intervensi" multinasional jika membawa sejumlah besar makanan dan
obat-obatan ke negara itu. Sebanyak 20,5% atau setara dengan 6 juta orang akan
meninggalkan negara Amerika Selatan yang dulu kaya itu jika Presiden Nicolás
Maduro tetap berkuasa dan situasi ekonomi tidak berubah.
Dari jumlah itu, 15%
responden mengaku berencana untuk meninggalkan negara itu sebelum akhir 2018
dan 32% responden berencana untuk pergi pada Juni 2019. Kolombia, Peru, Ekuador
dan Cile adalah empat tujuan yang paling banyak dikutip.
Studi Meganalisis ini
membuktikan pilihan sulit bagi rakyat Venezuela. Menghadapi kekurangan makanan
dan obat-obatan yang parah, rakyat Venezuela semakin terbuka terhadap pilihan
ekstrem seperti intervensi asing dan meninggalkan negara itu untuk tetap hidup.
Wakil Direktur Meganalisis
Ruben Chrino Leañez mengatakan ketidakmampuan pemerintah untuk menyediakan
kebutuhan dasar telah membuka pintu untuk opsi yang tidak terpikirkan beberapa
tahun yang lalu.
“Ada tingkat frustrasi dan
keputusasaan di negara yang membuat orang-orang bisa mengatakan 'Ayo dapatkan
bantuan terlepas dari bagaimana ia datang atau dari mana asalnya',” katanya.
Meganalisis mensurvei 1.100
orang di 16 negara bagian yang paling padat untuk penelitian, dengan margin
kesalahan 3,3%. Laporan survei Meganalisis menunjukkan angka-angka itu dapat
meningkat secara dramatis. ***Deviane
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !