![]() |
Jakarta,
Info Breaking News – Mantan Presiden Ke-6
RI, Susilo Bambang Yudhoyono secara gambling menegur gaya kampanye
pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo-Sandi.
Teguran ini tak terlepas kampanye akbar yang
dilakukan pasangan nomor urut 02 itu di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu
(7/4/2019).
Menurut SBY, kampanye yang dilakukan Prabowo-Sandi dinilai
berbahaya lantaran berpotensi menguatkan polarisasi yang sudah tercipta di
tengah masyarakat.
"Cegah demonstrasi apalagi show
of force identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta
kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang
ekstrim," tuturnya melalui sebuah surat tertulis, Minggu (7/4/2019).
Menurut
SBY, pemilihan Presiden yang segera akan dilakukan ini adalah untuk memilih
pemimpin bangsa, pemimpin rakyat, dan pemimpin untuk seluruh rakyat Indonesia. Berangkat
dari hal itu, SBY lantas mengimbau agar kampanye yang dilakukan juga
mencerminkan semangat kebangsaan yang majemuk.
"Sejak awal set upnya harus benar. Mindset kita
haruslah tetap "Semua untuk Semua" , atau All For All. Calon
pemimpin yang cara berpikir dan tekadnya adalah untuk menjadi pemimpin bagi
semua, kalau terpilih kelak akan menjadi pemimpin yang kokoh dan insyaallah
akan berhasil," tuturnya.
Ketua
Umum Partai Demokrat tersebut juga mengkritisi gaya kampanye yang eksklusif
adalah blunder yang menunjukkan kerapuhan seorang pemimpin.
"Pemimpin
yang mengedepankan identitas atau gemar menghadapkan identitas yang satu dengan
yang lain, atau yang menarik garis tebal 'kawan dan lawan' untuk rakyatnya
sendiri, hampir pasti akan menjadi pemimpin yang rapuh. Bahkan sejak awal
sebenarnya dia tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin bangsa," tegasnya.
Ia pun berharap agar Indonesia tak memiliki capres yang
gemar mengadu rakyatnya sendiri.
"Saya sangat yakin, paling tidak berharap, tidak ada
pemikiran seperti itu (sekecil apapun) pada diri Pak Jokowi dan Pak
Prabowo," ungkapnya.
"Saya
mengaku selama menjadi mantan capres maupun mantan Presiden, tidak suka jika
rakyat Indonesia harus dibelah sebagai pro Pancasila dan pro kilafah," imbuhnya.
Dengan polarisasi yang dibangun seperti itu, SBY khawatir
terjadi konflik yang berkepanjangan di kalangan rakyat.
"Kalau dalam kampanye ini dibangun polarisasi seperti itu, saya justru khawatir
jika bangsa kita nantinya benar-benar terbelah dalam dua kubu yang akan
berhadapan dan bermusuhan selamanya. Kita harus belajar dari pengalaman sejarah
di seluruh dunia, betapa banyak bangsa dan negara yang mengalami nasib tragis
(retak, pecah dan bubar) selamanya. The tragedy of divided nation,"
paparnya.
SBY
mengklaim masih banyak narasi kampanye yang cerdas dan mendidik, seperti yang dilakukan
pada Pilpres 2004, 2009, dan 2014 lalu.
"Bangsa kita
sangat majemuk. Kemajemukan itu di satu sisi berkah, tetapi disisi lain
musibah. Jangan bermain api, terbakar nanti," tutup dia. ***Raymond Sinaga
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !