Jakarta, Info Breaking News - Suka atau tidak sejati persoalan mutu kwalitas pendidikan di Indoensia menjadi tantangan serius bagi kalangan tokoh pendidik.
Untuk itu, kata Yasonna, Indonesia harus mengoptimalkan pembenahan di sektor pendidikanpendidikan
Kondisi degradasi dan panggian jiwa para tokoh pendidikan masa lalu dibandingkan dengan sekarang bagaikan langit dan bumi, dimana dulu para guru sangatlah bangga menjadi seorang tokoh pendidikan dan memberikan yang terbaik bagi siswanya agar lebih menjadi manusia tangguh, karena dulu para guru belum bergaya sibuk mengurus handphone dan masalah krusial pembualan seperti era masa kini yang sudah difasilitasi secara mumpuni oleh negara.
Dulu di era orba orang bisa tamatan SMP saja sudah memiliki skill dan diterima bekerja bahkan bisa masuk anggota Polisi dan TNI, tapi sekarang banyak yang tamat D3 sarjana muda tapi nyaris tak miliki kwalitas boro boro punya skil karana gurunya sibuk dengan masalah duniawinya dan hpnya, cuma memberikan banyak PR kepada murid nya tanpa memberikan arahan yang tepat. Saatnya melakukan instropeksi atau sebaik para guru beralihlah profesi dagang saja.
"Kalau belajar boleh-boleh saja, itu ke mana saja boleh kita belajar. Saya belajar ke Amerika. Maka, kita harus meningkatkan kualitas pendidikan kita," ucap Yasonna di Jakarta, Senin (17/7/2023).
Yasonna justru menilai fenomena tersebut sebagai kompetisi. Menurutnya, pendidikan di Indonesia harus bisa bersaing untuk menciptakan mahasiswa yang berkualitas.
"Bahkan kita mendorong sekarang, tidak hanya universitas. Ditemukan juga rumah-rumah sakit internasional, kan ada Undang-Undang Kesehatan sekarang, supaya ada kompetisi. Hanya dengan kompetisi inilah orang akan melahirkan antaruniversitas, antarmahasiswa bersaing sehingga lahir bibit unggul. Jadi harus ada kompetisi," jelasnya.
Sebelumnya, pada Festival Gen Z 2023 yang digelar awal Juni lalu, Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Silmy Karim menyatakan 1.000 mahasiswa Indonesia pindah kewarganegaraan jadi warga Singapura per tahun.
Data imigrasi menunjukan antara tahun 2019-2022 terdapat sebanyak 3.912 WNI pindah kewarganegaraan menjadi warga Singapura, atau sekitar 1.000 orang per tahunnya.
Silmy Karim terang-terangan menyampaikan Indonesia kini tengah berebut orang pintar dengan negara lain.
“WNI yang berpindah kewarganegaraan menjadi warga Singapura rata-rata pada kelompok usia produktif, usia 25 sampai dengan 35 tahun,” katanya. ***Jeremy Foster
Dapatkan berita aktual lainnya, hanya tinggal klik Beranda di bawah ini.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !