Yogyakarta, Info Breaking News - Kalangan perempuan cantik berparas menarik dengan postur tubuh yang sensual, memikat lelaki dengan menjual tubuhnya demi menjalani kehidupan yang berkesinambungan, sulitnya lapangan pekerjaan dan serba mahalnya kebutuhan hidup, sementara kesenjangan antara sikaya dan simiskin semakin menganga bagai lobang jurang yang lebar.
Walau tidak terbantahkan bahwa masih ada sedikit perempuan yang memang memiliki kelainan jiwa,dimana tidak betah dengan satu orang lelaki dalam hidupnya, meskipun secara umum tidak ada perempuan yang rela menjual diri kepada lelaki hidung belang, tetapi fakta hidup yang terlalu keras dan banyaknya orang yang hanya bisa pintar menghina tapi tapi tidak berkenan untuk berbagi, membuat para perempuan cantik dan seksi itu harus menempuh lorong lorong hitam demi kebutuhan hidupnya.
Dan beruntunglah kaum lelaki yang berjiwa pengecut yang tidak berani mencari seorang perempuan untuk dinikahinya, karena tidak sedikit pula ada tipikal lelaki yang hanya mau enak sendiri dan tidak pernah siap menjadi suami dan bapak dari anak keturunannya. Biasanya kelompok lelaki seperti inilah yang paling doyan perempuan PSK yang bisa dibelinya bagaikan makan nasi campur dipinggir jalan.
Kondisi diatas pula yang menjadikan Tren layanan seks atau lebih dikenal open BO meningkat sejak pandemi COVID-19. Tarif layanan ini tergolong tinggi di kota-kota besar.
Layanan seks atau open BO menjadi fenomena yang hangat dibicarakan beberapa tahun belakangan. Perihal praktik prostitusi, memang sudah ada sejak zaman dulu. Hanya, modus dan cara transaksinya kini semakin canggih seiring berkembangnya teknologi.Melihat fenomena ini, CNBC Indonesia Intelligence Unit melakukan survei pada 59 akun Twitter penyedia jasa layanan seks untuk mengetahui tarif open BO. Akun Twitter yang dipilih rata-rata memiliki 3.793 pengikut.
Dari survei ini, didapat gambaran rata-rata tarif sekali open BO per jam Rp 1.117.000 untuk sekali senggama atau maksimal satu jam, dan long time atau 24 jam sebesar Rp 13.541.000 untuk bercinta sepuasnya.
Tarif jam-jaman di Jakarta sekitar Rp 1 juta dan tertinggi di Yogyakarta hampir Rp 1,4 juta. Tarif ini bisa dikatakan mengalami inflasi hingga 300% lebih dalam satu dekade terakhir, berdasarkan riset serupa yang pernah dipublikasikan oleh Bloomberg Businessweek Indonesia pada Desember tahun lalu.
Berikut tarif open BO atau layanan seks di sejumlah kota Indonesia:
Kota Short Time (1 jam atau maksimal 1 kali ejakulasi) Long Time (24 jam, bebas)
Nasional Rp 1.117.000 - Rp 13.541.000
Yogyakarta Rp 1.375.000 - Rp 14.250.000
Bandung Rp 1.218.000 - Rp 9.333.000
Jakarta Rp 1.047.000 - Rp 8.845.000
Surabaya Rp 966.000 - Rp 13.000.000
Lampung Rp 950.000 - Rp 14.000.000
Perlu diingat, tarif itu berlaku untuk sekali layanan. Bila penyedia jasa mampu melayani 2-4 orang per hari, dapat dibayangkan seberapa banyak penghasilan yang ia dapatkan.
Tak ayal cara ini banyak dipakai gadis-gadis muda yang ingin mendapatkan uang secara cepat. Hal itu dilakukan Ira, seorang penyedia layanan seks via Twitter yang diwawancara CNBC. Dia mengaku bisa meraup pendapatan hingga Rp 50 juta per bulan dari open BO.
Merangkum pengalaman pribadi dan teman-temannya, Ira mengatakan ada dua faktor pemicu yang mendorong mereka terjebak dalam industri esek-esek ini.
Pertama karena tak punya cukup uang yang untuk memenuhi kebutuhan dasar sementara mencari pekerjaan sulit. Kemudian kedua karena terjebak dalam gaya hidup tinggi seperti staycation, liburan, perawatan, hingga biaya dugem di klub malam.
Sementara itu, kajian Sri Hartini Jatmikowati (2015) pada Mediterranean Journal of Social Sciences menemukan faktor lain yang membuat perempuan muda terjebak prostitusi. Diantaranya, kurangnya dialog dan keterbukaan dengan orang tua, pergaulan, kurang perhatian dari orang tua, depresi dan kehilangan harga diri, serta kemiskinan yang dijadikan dendam mas lalu, sehingga pengen punya uang banyak untuk menunjukkan dirinya mampu membeli apapun walau harus menjual diri kepada lelaki hidung belang yang berdiut.
Peningkatan tren bisnis esek-esek rupanya juga didorong perkembangan pesat wisata seks yang menjadi fenomena global. Menurut Asian Labour Journal, Indonesia menjadi tujuan utama, khususnya anak-anak di bawah umur bagi turis asing dan lokal. Diperkirakan, sekitar 100 ribu anak dan perempuan diperbudak oleh germo setiap tahun untuk memasok kebutuhan wisata seks, dimana 30% diantaranya berusia di bawah 18 tahun.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !