![]() |
Prof.DR.Gayus Lumbuun,SH |
Jakarta, infobreakingnews - Lembaga Peradilan tertinggi Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan hukuman mati terhadap Rahmat Awafi (26) yang melakukan pembunuhan terhadap seorang ibu dan anaknya dengan cara mutilasi dan dimasukkan ke dalam koper di daerah Koja, Jakarta Utara. Kasus Mutilasi yang menggemparkan masyarakat ini terjadi pada akhir tahun 2911 lalu.
"Diputus dengan suara bulat pada 30 April 2013 dengan hukuman mati, jauh lebih tinggi ketimbang putusan ditingkat bawah sebelumnya, agar pelaku sadis seperti ini berdampak tegas dikemudian hari," kata Hakim Agung Gayus Lumbuun, saat dihubungi di Jakarta, Kamis(2/5).
Gayus mengatakan vonis ini lebih berat dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang sebelumnya hanya menuntut Rahmat dijatuhi hukuman pidana maksimal seumur hidup, sesuai Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana.
"Banyaknya pembunuhan sadis yang direncanakan akhir-akhir ini perlu disikapi dengan hukuman berat agar masyarakat tidak mudah melakukan kejahatan seperti itu lagi," katanya.
Perkara ini teregistrasi dengan nomor 254 K/PID/2013 dan mulai diadili pada 30 April 2013 dengan majelis kasasi yang diketuai Timur Manurung dan anggota Dr Dudu D Machmuddin serta Prof Dr Gayus Lumbuun.
Di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara dan Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta, Rahmat bahkan hanya divonis 15 tahun penjara.
Kemudian jaksa mengajukan Kasasi ke MA dan majelis hakim kasasi sepakat menjatuhkan vonis mati.
"Putusan bulat, tidak ada perbedaan pendapat (dissenting opinion),diantara majelis hakim Agung" kata Gayus.menambahkan.
Rahmat menghabisi nyawa Hertati dengan cara membekapnya hingga korban lemas pada 14 Oktober 2011.
Tidak hanya sang ibu, anak korban, ER, juga meregang nyawa di tangan Rahmat setelah melihat ibundanya tewas. Pembunuhan sadis ini cukup mengejutkan masyarakat luas.
Apalagi modus prilaku terdakwa mati setelah memutilasi mayat kedua korban pun kemudian dimasukkan ke dalam koper dan kardus dan dibuang di dua lokasi yang berbeda, yaitu di Jalan Kurnia, Gang D, Koja, Jakarta Utara dan di kawasan Cakung, Jakarta Timur, sehingga membuat kegemparan bagi masyarakat luas setelah menemukan potongan mayat tersebut.
Paling tidak dengan putusan mati bagi kasus pembunuhan mutilasi sadis yang kembali marak terjadi, menjadikan barometer bagi penegakan hukum terhadap perkara pidana sadis seperti ini. Ungkap Gayus yang meniti karier melalui seorang advocat,dan wakil BK DPR RI dari faraksi PDIP, kemudian terpilih sebagai Hakim Agung yang konsisten dan berani.***Mil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar