Mengapa Denmark disebut Negara Paling Bahagia di dunia....?
![]() |
Patung 'The Little Mermaid' di Copenhagen |
Berdasarkan penelitian, orang-orang Denmark sangat bahagia karena mereka selalu merasa hidup mereka cukup. Contentment. Mereka tidak sekaya orang Amerika atau Jepang, tidak punya mobil atau rumah super mewah, tapi mereka bersyukur dengan hidup mereka. Mereka
kemana-mana juga lebih suka jalan kaki atau naik sepeda, karena lebih menyenangkan, santai, dan udaranya juga segar. Dan mereka tidak usah pusing soal banyak hal, dari mobil yang mesti bagus, pembayarannya, perawatannya, bensinnya, atau macet di jalan. Naik sepeda memang menyenangkan.
Mereka tentu juga ingin hidup lebih baik, sukses, materi, tapi tidak merasa perlu sampai diperbudak kesuksesan. Sukses itu penting, tapi menikmati hidup, keluarga, dan teman adalah nilai hidup yang utama, dan sukses tidak perlu mengganggu hal itu. Pendidikan disana gratis. Begitu juga dengan biaya kesehatan, dan Jaminan penuh untuk Hari tua. 3 hal yang mungkin terpenting dalam hidup, dan mereka menikmatinya dengan gratis berkat pemerintahan yang baik.
Masyarakat Denmark ternyata juga cenderung punya harapan yang rendah. Mereka berusaha, tapi tidak pernah berharap macam-macam. Ini membuat tiap kesuksesan kecil saja sudah membuat mereka begitu bahagia. Dan bila gagal, mereka lebih gampang menerimanya, dan mereka bisa langsung mulai berusaha lagi. Begitu saja.
Dan bangsa-bangsa lain yang "tidak bahagia", termasuk banyak negara terkaya di dunia, adalah yang orang-orangnya cenderung tidak pernah puas. Mereka terdikte keinginan dan ambisi-ambisinya. Amerika contohnya punya american dreams. Masalahnya, dan ironi terbesarnya adalah, kalau anda sampai begitu bernafsunya mengejar kebahagiaan (dan kebahagiaan yang lebih besar), anda justru akan terjebak. Terjebak dalam pertempuran merebut kebahagiaan yang tidak pernah berakhir, dan anda justru tidak akan pernah merasakan kebahagiaan itu. Dan ini terbukti secara saintifik.
![]() |
Rumah di Aarhus , Denmark |
"Happiness is as a butterfly which, when pursued, is always beyond our grasp. But which if you will sit down quietly, may alight upon you," Nathaniel Hawthorne
Dan itulah bangsa paling bahagia di dunia. Denmark. Sebuah bangsa dengan masyarakat yang:
1. Bersyukur, bersyukur, bersyukur
2. Punya impian dan keinginan yang realistik
3. Tidak membanding-bandingk an dengan orang lain
4. Jaminan dari pemerintah yang cukup
Tidak semua orang dapat bekerja di tempat yang mereka sukai. Bahkan tidak sedikit orang yang membenci pekerjaan dan tempat kerja mereka, tapi tak punya pilihan lain untuk bertahan demi memenuhi kebutuhan hidup. Berbeda dengan Denmark, yang menyandang predikat sebagai salah satu negara paling bahagia di dunia. Sebagian besar orang Denmark tidak hanya merasa bahagia di rumah, tapi juga di tempat kerja. Apa saja rahasianya? Berikut lima di antaranya.
Jam kerja yang lebih sedikit
Rata-rata jam kerja orang Denmark adalah 37 jam per minggu, yang jika dibagi dalam lima hari kerja berarti mereka bekerja kurang dari delapan jam setiap harinya. Di Indonesia, jam kerja yang diatur oleh Kementerian Tenaga Kerja adalah sebanyak delapan jam per hari untuk lima hari kerja, yang berarti 40 jam kerja setiap minggunya. Namun, budaya lembur telah begitu melekat, khususnya di kota-kota besar di Indonesia, sehingga tidak jarang karyawan bekerja hingga 10-14 jam setiap harinya.
Di Denmark, lembur tidak dianggap sebagai suatu hal yang membanggakan, bahkan ada kalanya hal ini justru membuktikan bahwa seorang karyawan tidak sanggup mengatur waktu bekerjanya. Perusahaan Denmark merasa bahwa karyawan juga memiliki kehidupan di luar pekerjaan, sehingga bekerja hingga 70-80 hari per minggu adalah hal yang buruk, tidak hanya bagi karyawan tapi juga bagi perusahaan. Para pekerja di Denmark juga memiliki cuti yang cukup panjang, sehingga mereka dapat berlibur lima hingga enam minggu setiap tahunnya. Karyawan lelaki dan perempuan juga mendapatkan cuti kelahiran dan pengasuhan anak yang setara, hingga setahun, dengan tetap mendapatkan gaji dari tempat kerja mereka.
![]() |
Lake Sørvágsvatn, Faroe Islands |
Rendahnya jarak kekuasaan
Dalam sebuah perusahaan, umumnya perintah bos dianggap sebagai sesuatu hal yang mutlak dan tidak boleh dibantah. Membantah perintah atasan sama saja dengan meminta untuk dikeluarkan dari tempat bekerja kita. Hal seperti itu tidak berlaku di Denmark, karena di negara Skandinavia itu, umumnya atasan hanya sedikit sekali memberi perintah langsung kepada bawahannya. Selain itu, karyawan cenderung menganggap apa yang disampaikan oleh atasan sebagai sebuah saran dan bukan perintah. Akibatnya, karyawan di Denmark merasa memiliki otonomi dan diberdayakan di tempat kerjanya.
Menganggur bukanlah masalah
Di Denmark, kehilangan pekerjaan bukanlah akhir dari kehidupan. Denmark memiliki asuransi untuk pengangguran yang luar biasa besar, sehingga mereka yang baru saja berhenti dari tempat bekerja masih mendapatkan 90% gaji selama dua tahun! Ini menyebabkan rakyat Denmark tidak perlu terpaksa tinggal di pekerjaan yang mereka benci, karena didesak oleh kebutuhan ekonomi (dan tagihan-tagihan), dan memiliki keleluasaan untuk mencari pekerjaan yang disukai.
Pelatihan rutin
Sejak pertengahan tahun 1800-an, Denmark telah memusatkan perhatian pada pemberian pendidikan seumur hidup bagi karyawannya. Kebijakan ini terus berlangsung hingga saat ini, dengan dukungan penuh dari pemerintah dan pemegang kebijakan lainnya. Hasilnya, karyawan dapat mengikuti pelatihan-pelatihan berbayar dan memiliki keahlian baru yang tidak hanya bermanfaat bagi mereka, tapi juga perusahaan. Denmark menyebut kebijakan ini sebagai “kebijakan pasar pekerja aktif” dan mereka menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk kebijakan ini. Itulah sebabnya karyawan di Denmark terus berkembang dan bertambah pandai, bahkan dapat membuka usaha baru jika perusahaan tidak sanggup memenuhi kebutuhan mereka.
Memusatkan diri pada kebahagiaan
![]() |
Flower path at Rosenburg Castle,Copenhagen, Denmark |
Jika Jepang memiliki kata karoshi yang berarti “mati karena terlalu banyak bekerja”, Denmark justru memiliki kata yang menggambarkan sebaliknya. Di Denmark, dikenal kata arbejdsglæde yang memiliki arti “kebahagiaan di tempat kerja”. Kata ini tidak umum dalam bahasa-bahasa yang ada di dunia, dan sejauh ini hanya terdapat di bahasa Denmark dan bahasa Nordik lainnya (Swedia, Norwegia, Finlandia, dan Islandia). Kata ini menunjukkan budaya kerja di Denmark, yang menginginkan kebahagiaan bagi para karyawannya. Sebagian besar rakyat Denmark tidak bekerja hanya untuk mendapatkan gaji, tapi juga untuk menikmati setiap detik waktu mereka di tempat kerja. Mereka bukanlah robot yang sekadar melakukan rutinitas setiap harinya, melakukan pekerjaan yang diminta, lalu mendapatkan upah dari sana. Kebahagiaan karyawan adalah hal yang penting di Denmark, karena penelitian telah membuktikan bahwa karyawan yang bahagia cenderung lebih produktif dan inovatif. Selain itu, perusahaan yang bahagia juga cenderung memiliki konsumen yang juga bahagia, sehingga mereka pun mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Itulah lima rahasia di balik kebahagiaan para pekerja di Denmark, yang merupakan salah satu karyawan paling bahagia di dunia. Uniknya, meskipun jam kerja mereka jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya, Denmark merupakan salah satu negara paling produktif dan sanggup mengatasi krisis finansial dengan lebih baik. Denmark juga memiliki angka pengangguran yang rendah, yaitu 5,4 % saja.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !