Headlines News :
Home » » True Story ' Ada Birahi Dibalik Duka '

True Story ' Ada Birahi Dibalik Duka '

Written By Infobreakingnews on Selasa, 06 Maret 2018 | 15.25

Changi Airport - Info Breaking News - Dari sekian banyak kaum perempuan yang hilir mudik di lobby Changi Airport Singapore menjelang long weekend menyambut Imlek kemaren, perempuan bekaos T Shirt With bergaya style sporty dengan celana blue jeans ketatnya, memukau mata kaum Adam setiap memandanginya.

Berpostur tinggi semampai dengan ukuran dada yang cukup sensual, ketat dibalik bahan lembut, seakan lebih lagi menonjolkan sigunung kembar yang sangat indah bahkan menjadi sangat serasi dengan raut wajah yang menawan ditambah bentuk bibir yang sensual berhidung bangir dimana bulu bulu halus menebar seputar alismatanya.

Irene Wijaya namanya, oooiya lahir di belahan Indonesia timur Pontianak, kini baru menginjak usia 31 tahun. Memiliki tubuh yang yang seksi, bugar, dan berkulit putih ranum dengan rambut tergerai sebatas pundak, menjadikan Irene sebagai mahluk perempuan yang terindah diantara banyaknya kaum Hawa dikawasan Bandara Internasional yang terbilang bersih dan serba teratur itu.

Irene akan menuju Jakarta untuk sebuah acara penting keluarga, dimana Ayahnya dikabarkan baru saja meninggal akibat serangan jantung, dan kini berada di Rumah Duka sebuah RS Swasta Terbesar dikawasan Jakarta Pusat.

Sesekai tampak Irene gelisah sambil mengusap airmatanya duduk dilobby tunggu airways yang akan menerbangkannya ke Airport Soekarno Hatta Cengkareng Indonesia. Sepertinya perempuan cantik bertubuh montok itu tak sempat memperdulihkan manusia sekitarnya, hingga seorang pria bertubuh tinggi atletis separuh baya menegurnya dengan bahasa Inggris, namun setelah berdialoq beberapa saat barulah kedua saling akrab karena kemudian Rudy mengetahui jika Irene adalah perempuan Indonesia yang juga sangat fasih berbahasa asing. Tampak berulang kali Rudy menyalami tangan Irene karena kabar duka itu, lalu ternyata Irene yang sudah hampir 15 tahun menetap di Luar Indonesia itu sangat bingung akan poisisi lokasi Rumah Duka RS yang akan menjadi tempat tu7juannya.

" Jangan risaukan, saya pasti akan mengantarkan dirimu tepat ditempat Dukacita itu, karena sesunguhnya rumah saya pun sangat berdekatan dengan lokasi Rumah Sakit tersebut." kata Rudy yang memiliki tinggi 184 cm, seorang Duda yang baru tiga tahun ditinggal mati sang isteri karena pendarahan hebat saat mengalami keguguran pada kehamilannya yang jalan 4 bulan.

Sejak meninggalnya sang isteri yang sangat dikasihinya Rudy belum pengen menikah lagi, bahkan belum pengen melirik wanita lainnya yang sesungguhnya sangat banyak yang mau ngantri menunggu dipersunting sebagai isteri.

"Saya betul betul merasa berterimakasih sebelumnya, ternyata Tuhan mengirimkan Kak Rudy berbaik hati, untuk membantu mengantarkan saya ketempat yang belum pernah saya tau." jawab Irene dengan sorot matanya yang teduh...oh eloknya bentuk bola mata itu.

Pesawat berbadan besar Airbus yang mereka tumpangi mendarat dengan mulus di Airport Cengkareng tepat pukul 20.25 wib. Hari sudah malam ketika sebuah mobil Harier Hitam yang dihantarkan seorang pegawai parkir Bandara. Ternyata Rudy sejak dua hari kemaren berangkat ke Singapore itu selalu meninggalkan mobilnya diarena parkir khusus berbayar resmi bandara. Dengan sigap Rudy mengangkut koper Ekslusif milik Irene, dan juga miliknya kebagian bagasi belakang, lalu mempersilahkan Irene duduk didepan kirinya sambil menyetir dalam keadaan macet parah jalur bandara kearah Jakarta.

Perjalanan yang memakan hampir satu setengah jam itulah, diketahui jika sebenarnya Irene adalah seorang janda, yang belakangan ini menjadi isteri simpanan seorang pengusaha yang sekaligus merupakan bosnya ditempat ia bekerja. Irene belum pernah punya anak, dan mau menjadi isteri simpanan  dari lelaki keturunan Tiongkok itu, karena faktor dimanjakan secara ekonomi sering berpelesiran dan belanja di Mall. Sebelumnya suami Irene adalah orang Malaysia yang meninggal karena tabrakan mobil.

Diceritakan dalam perjalanan macet itulah bahwa ternyata Papa Irene telah lama menikah lagi dengan perempuan lain dan menetap di Jakarta, sementara Ibunya juga sudah menikah lagi dan menetap di Inggris.

" Boleh saya bertanya Kak..."
"Tentu dengan senang hati pasti kujawab apa adanya"
"Apakah Kakak saat ini memiliki isteri / Maaf Kak..."
" Saya sudah menjadi duda hampir tiga tahun ini karena ditinggal meninggal isteri."
"Oh....maaf sekali lagi maaf kak." Lalu kedua saling bertatapan dan sesaat membisu.
"Kalau begitu....Kak.., apakah saya sekalian aja mohon ditolongin kakak ya boleh ya kak"
"Apa yang perlu saya bantu Irene katakan saja."
"Bolehkah saya mengenalkan kakak sebagai....suamiku pada mereka nanti disana." suara Irene sangat mengejutkan hati Rudy, namun...setelah saling berpandangan sambil tetap Rudy fokus pada stir mobilnya, 
"Ok...boleh saja ...tapi ada saratnya lho." mulai Rudy menggoda hati perempuan berdada montok sensual cantik itu.
"Semoga saratnya tidak berat ya kak ? Apa saratnya kak?"
"Pastinya setelah semua acara prosesi kebaktian penghiburan malam ini di rumah duka itu, kau akan pulang bersamaku kerumahku dan tidur bersamaku ya...." kata Rudy dengan mantab dan sangat jelas.
Dan Irene tak menjawab dengan kata kata selain memberikan kecupan langsung kebibir Rudy yang sesunghuhnya amat disukainya.

Dan ketika turun dari mobil yang sudah diparkirkan di area Rumah Duka, Irene langsung tanpa sungkan lagi mengggandeng tangan Rudy bagaikan pasangan suaminya, melangkah dengan gontai melewati sederetan karangan bunga atas duka cita terhadap Papanya yang dijumpainya telah membujur kaku didalam peti mati dengan berpakaian jas dan dasi layaknya orang tidur dalam pakaian pesta resmi.

Airmata Irene tampak membasahi kedua pipinya yang merona, Ia ingat betul betapa sayangnya sang papa pada dirinya sejak kecil hingga remaja, namun sayangnya perceraian kedua orangtuanya itu lalu didapatkannya kabar bahwa Ibu tirinya ini sangat matre dan galak, sehingga membuatnya lama berpisah dengan sang papa tercinta. Irene terakhir datang ke Jakarta sekitar sepuluh tahun silam, ibu tiirnya pengen memaksa Irene agar menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak disukainya, sehingga itulah pertemuan terakhir Irene dengan sang Papa, lalu Irene berkelana diluar negeri jiran.

Saat Irene manangis sambil melipat kedua tangannya berdoa dalam acara penghiburan rohani Kristen itulah, Rudy melingkari tangannya erat kepinggang Irene seakan memberikan kekuatan pada perempuan yang dalam sekejab saja itu, telah mampu meruntuhkan hatinya terpaling dalam. Dalam hatinya, asalkan Irene setia maka semua masa lalu yang kelam dari perempuan itu, tak akan pernah bisa menggangu keharmonisan cintanya pada Irene.

Ternyata masih ada satu malam lagi jenazah Papa Irena disemayamkan di Rumah Duka itu, sehingga pada malam pertama duka itu berakhir dan saling bersalaman dengan kerabat ibu tirinya dan keluarga papanya, dan mereka semua sangat memaklumi jika Irena dan suaminya akan pulang beristirahat... untuk besok hari akan hadir kembali dalam acara penutupan peti jenazah.

Jam telah menunjukkan ke pukul Sebelas menjelang tengah malam ketika mobil memasuki halaman parkir rumah yang terletak dikawasan Cikini Dalam Jakarta Pusat. Hanya sekitar sepuluh menit saja jarak tempuh dari rumah duka yang mereka datangi.
Terlihat seorang pria setengah baya penjaga rumah membukakan pagar besi lalu menutupnya dan membantu tuannya membawakan kedalam koper koper dari mobil. Tak ada pertanyaan dari sang penjaga rumah yang merupakan pegawai Rudy, walau dalam hatinya kok tumben...baru kali ini tuannya pulang dari luar negeri memboyong seorang perempuan cantik bak artis ternama yang lagi laris manis, karena rupawan dan wanginya.

"Gak pengen mandi air hangat sayang....?" suara Rudy membuat kaget hati Irene tapi dadanya terguncang debar bahagia. Dan sejurus mereka saling bertatapan mesra. Ada senyum manis dan teramat manja dan cantik diwajah Irene.

"Mau....tapi bereng ya...biar kita sama sama segar dan wangi." tantang Irene membuat Rudy terbengong tapi langsung meregut bibir Irene kedalam mulutnya seakan ingin melumat habis mulut berbentuk indah paling sensual itu. Sekian lama berpilin bibir saling menggugat dan melumat, hingga nafas keduanya tersengal...apalagi tangan Rudy sudah sejak dimobil tadi pengen meremas buah dada Irene yang mekar dan masih keras itu.

Indahnya kebersamaan diantara mereka berdua asyik saling menyabuni didalam pancuran shower air panas di dalam kamar mandi yang luas didalam kamar Rudy. Mata Rudy seakan tak berhenti mengagumi akan keindahan tubuh Irene yang nyaris sempurna dan belum memiliki lipatan lemak pada bagian pinggang yang melengkung bagaikan gitar mandolin itu.
Dan betapa dasyatnya keindahan taman syurgawi kaum Hawa yang begitu kontras dengan kulit putih bersih diseputar gundukan puncak birahi itu. Oh....ternyata Rudy doyan sekali melakukan oral spesial yang membuat Irene merintih panjang, seraya mensyukuri atas segala kebaikan Tuhan dan kenikmatan yang diberikan Nya. *** Emil Foster S (Bersambung}






Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved