Singapura, Info Breaking News –
Berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh Kantar hari Selasa (17/9/2019)
kemarin, sebanyak 24 persen pekerja di Singapura dalam setahun terakhir mengaku
pernah mengalami pernah menjadi korban bullying
di tempat kerja.
Data survei yang sama juga
menunjukkan 32 persen karyawan di Singapura pernah dibuat “merasa tak nyaman”
oleh atasan mereka.
Kantar sendiri merupakan
sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan data dan konsultasi.
Mereka mengadakan survei melalui polling karyawan
di 14 negara maju di dunia terkait hal praktik keberagaman dan inklusi
(D&I) di tempat kerja.
Sebanyak 18.000 karyawan dari
14 negara mengikuti survei tersebut, termasuk 1.050 pekerja di Singapura. Mereka
berasal dari 24 bidang industri, termasuk
kesehatan dan farmasi, pendidikan, layanan profesional seperti hukum dan
akuntansi, perdagangan retail, grosir dan e-commerce, jasa keuangan serta
sektor publik.
Berdasarkan hasil survei, banyak karyawan di Singapura yang berjuang menghadapi tekanan dari
pekerjaannya. Bahkan 44 persen karyawan di Singapura mengaku dirinya
dipengaruhi oleh “stress dan kecemasan” di tempat kerja. Angka tersebut adalah
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global yang ada di tingkat 39
persen.
Sementara
itu, Kanada menduduki peringkat teratas dalam keseluruhan indeks inklusi dalam
survei Kantar. Sekitar 65 persen karyawan di Kanada percaya bahwa
perusahaan tempat mereka bekerja selalu berupaya untuk menjadi lebih beragam.
Meski begitu,
seperlima pekerja di Kanada mengaku masih mengalami intimidasi dan bullying di tempat kerja mereka dalam
setahun terakhir.
Selain
Kanada, Amerika Serikat juga menempati posisi atas dalam indeks inklusi dan
keragaman versi Kantar dengan perwakilan gender yang setara dan 30 persen
perwakilan dalam hal etnis dalam kepemimpinan senior perusahaan.
Survei
menunjukkan enam dari 10 pekerja di AS juga percaya bahwa perusahaan yang
mempekerjakan mereka secara aktif berusaha menjadi lebih inklusif dan beragam,
meskipun masih ada 17 persen yang mengaku masih merasa terinditimidasi di
tempat kerja.
"Masih banyak
pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjadikan tempat kerja lebih inklusif,
beragam, dan setara, terutama seputar masalah intimidasi, yang masih bertahan
pada level tinggi di seluruh dunia," ujar Mandy Rico, direktur global dari
Indeks Inklusi Kantar seperti dikutip oleh The Straits Times.
Pencantuman indeks
inklusi Kantar dan layanan konsultasi manajemen perubahan memungkinkan
perusahaan untuk secara konsisten mengukur, menganalisis, dan bertindak untuk
mengubah budaya bisnis mereka. ***Armen
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !