Headlines News :
Home » » Dua Jenderal Polisi Terlibat Kasus Djoko Tjandra, IPW: Catatan Hitam bagi Polri

Dua Jenderal Polisi Terlibat Kasus Djoko Tjandra, IPW: Catatan Hitam bagi Polri

Written By Info Breaking News on Kamis, 16 Juli 2020 | 16.38

Penampakan Surat Jalan Djoko Tjandra yang diterbitkan oleh Brigjen Prasetijo Utomo 

Jakarta, Info Breaking News – Satu lagi Jenderal Polisi terseret pusaran kasus Bank Bali yang menjerat Djoko Tjandra.

 

Sebelumnya, Mabes Polri secara tegas telah mencopot jabatan Kepala Biro Koordinasi dan Pengawasan PPNS Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Prasetijo Utomo lantaran diduga menandatangani surat jalan untuk sang buron, Djoko Tjandra. 

 

Kini, nama seorang Jenderal Bintang Satu lainnya juga ikut tercemar. Ia adalah Brigjen Nugroho Wibowo, Sekretaris NCB Interpol Indonesia yang disebut-sebut meneken surat pencabutan red notice Djoko Tjandra.

 

Meski turut mengapresiasi langkah Mabes Polri yang memecat Brigjen Prasetijo, Indonesia Police Watch (IPW) menduga ada persekongkolan jahat dibalik insiden ini.

 

"Ada dugaan suap menyuap di balik persekongkolan jahat melindungi buronan kakap Djoko Tjandra harus diusut tuntas dan Brigjen Nugroho Wibowo yang telah menghapus red notice Djoko Tjandra juga harus dicopot dari jabatannya sebagai Sekretaris NCB Interpol Indonesia," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Kamis (16/7/2020).

 

Menilik kesalahan kedua petinggi kepolisian tersebut, IPW menilai bobot “dosa” Brigjen Nugroho sesungguhnya lebih berat ketimbang Prasetijo. Sebab melalui surat No: B/186/V/2020/NCB.Div.HI tertanggal 5 Mei 2020, Brigjen Nugroho mengeluarkan surat penyampaian penghapusan Interpol Red Notice Djoko Tjandra kepada Dirjen Imigrasi.

 

Tragisnya, salah satu dasar pencabutan red notice itu adalah adanya surat Anna Boentaran tgl 16 April 2020 kepada NCB Interpol Indonesia yang meminta pencabutan red notice atas nama Djoko Tjandra. Surat itu dikirim Anna Boentaran 12 hari setelah Brigjen Nugroho duduk sebagai Sekretaris NCB Interpol Indonesia. Sungguh heran, seorang oknum penegak hukum seperti Brigjen Nugroho dengan mudah mencabut red notice terhadap koruptor dan buron kelas kakap yang belasan tahun diburu Bangsa Indonesia itu.

 

IPW juga meragukan pernyataan yang menyebut pemberian surat jalan untuk Djoko Tjandra merupakan inisiatif individu Brigjen Prasetijo. Sebab, dua institusi besar di polri yakni Bareskrim dan Interpol terbukti terlibat "memberikan karpet merah" pada sang buronan. Kedua lembaga itu nyata-nyata melindungi Djoko Tjandra.

 

Satu demi satu pertanyaan terkait kasus ini pun bermunculan. Apa yang sebenarnya ada di benak kedua Brigjen tersebut sehingga dengan bodohnya “merintis” jalan bagi Djoko untuk kabur? Kenapa Brigjen Nugroho yang baru duduk sebagai Sekretaris NCB Interpol bisa begitu lancang menghapus red notice Djoko Tjandra?Apakah dia begitu digdaya bekerja atas inisiatif sendiri seperti Brigjen Prasetijo? Lalu, mengapa Dirjen Imigrasi diam seribu bahasa ketika Brigjen Nugroho melaporkan bahwa red notice Djoko Tjandra sudah dihapus? Apa mungkin ada gerakan-gerakan individu dari masing-masing jenderal yang berinsiatif melindungi Djoko Tjandra? Jika hal itu benar terjadi, sungguh kacau institusi Polri.

 

"Aksi diam para pejabat tinggi ini tentu menjadi misteri. Semua ini hanya bisa dibuka jika Presiden Jokowi turun tangan untuk membersihkan Polri, dengan cara membentuk Tim Pencari Fakta Djoko Tjandra," katanya.

 

Akibat ulah para jenderal itu, lanjutnya, kasus ini lantas menjadi catatan kelam di tubuh Polri, lembaga yang seharusnya wajib menangkap buronan namun kini namanya tercemar lantaran diduga melindungi sang buronan kakap, bahkan memberinya karpet merah.

 

"Bagaimana pun sebagai pimpinan, Kapolri Idham Azis dan Kabareskrim Sigit harus bertanggungjawab terhadap kekacauan ini," tegas Neta.

 

"Jika Mabes Polri mengatakan kasus ini adalah inisiatif jenderal pelaku, bisa disimpulkan betapa tidak berwibawanya Kapolri dan Kabareskrim sehingga jenderalnya bisa bertindak ngawur seperti itu," imbuhnya.

 

Neta pun mendesak Kapolri untuk mengusut tuntas perkara ini hingga ke akarnya. Dia mengatakan institusi Polri harus diselamatkan dari ulah para jenderal yang bermental bobrok. 

 

“Setelah Brigjen Prasetyo, kini harus Brigjen Nugroho Wibowo yang segera dicopot dari jabatannya,” pungkasnya. ***Armen Fosters

 

 

 

 

 

 

 

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved