Jakarta, Infobreakingnews - Perawat dianggap
berperan penting dalam penanganan atau pemulihan ketergantungan pengguna
Narkoba (narkotika, psikotropika, bahan adiktif lain) dari tengah-tengah
masyarakat. Perawat harus luwes dan cerdas membantu penanganan para pengguna
narkoba.
Hal ini disampaikan para narasumber dalam
seminar “Bahaya Nafza Terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja” yang diadakan
Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) di Hotel Acacia, Jakarta, Minggu (13/10/2013).
Pada kesempatan itu
hadir sekitar 600 perawat yang terdiri dari UMJ, RS Pelni, RS Pertamina dan 100
pecandu dari RS Bhayangkara dengan narasumber Prof DR Hj Achir Yani S Hamid MN,
dr Aisah Dahlan dari RS Bhayangkara, Kepala
Seksi Fasilitasi Rehabilitasi Swasta, Direktorat Penguatan Lembaga
Rehabilitasi Komponen Masyarakat, Badan Narkotika Nasional (BNN) Retno Daru
Dewi AMK, Spsi, Msi.
Menurut Achir Yani,
bahwa perawat harus bisa masuk ke semua lini, antara lain, sebagai pemberi
asuhan keperawatan dengan deteksi dini masalah kondisi psikososial remaja.
Sebagai komunikator dengan berkomunikasi dengan remaja, orang yang berarti bagi
remaja. Sebagai edukator dengan mengkaji kebutuhan pembelajaran dan kesiapan
remaja untuk belajar perilaku sehat, katanya
“Sebagai Advokat, menjelaskan kepada remaja
tentang hak mereka dan membantu mereka untuk berani mengungkapkan masalah yang
dialami. Sebagai konselor, membantu untuk memahami dan mengatasi masalah psikologik
dan sosial. Perawat harus juga bisa sebagai pembawa perubahan, pemimpin,
manajer dan peneliti,” jelasnya.
Retno Daru Dewi juga
menyampaikan hal yang sama. Dia menegaskan, Perawat harus bisa sebagai Pelaksana Pencegahan
dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN). Perawat
harus bisa berperan membantu program pemerintah dengan cerdas dan luwes,
ungakapnya.
Sementara, Aisah
Dahlan menjelaskan, ciri ciri yang tampak kelainan kepada seseorang ketika
sudah menggunakan narkoba, seperti ganja, kebiasaannya tertawa-tawa walaupun
tidak lucu, kehilangan keseimbangan, nafsu makan meningkat drastis, mata merah
(cenderung sipit), bicara cadel. Namun, ketika putus zat, merasa bengong,
lemas, bingung, menguap, mengantuk dan gila.
Ketika gejala putus
zat pada putau yaitu hidung meler, menguap, nyeri seluruh tubuh, diare,
merinding dan susah tidur. Demikian, kalau gejala putus zat sabu-sabu yaitu,
tidur berkepanjangan, paranoid, mengalami impotensi dan ada ide mencelakakan
diri, ucapnya. ***Thoms Gultom

.jpg)

0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !