Jakarta, infobreakingnews - Rahasia terbesar pada kasus kekerasan seksual di Jakarta International School (JIS) bisa diungkap bila ada kerjasama orangtua murid dan kepolisian. Kasus yang menimpa seorang bocah itu diyakini bukan satu-satunya kasus. Masih ada kasus lain yang terjadi.
"Karena korbannya lebih dari satu, sehingga diperlukan penelitian lebih dalam. Perlu ada kerja sama antar orangtua murid yang melihat gejala sama, bisa dilaporkan," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny F Sompie saat berbincang dengan infobreakingnews.com, Senin (28/4/2014).
"Penegakan hukum bukan merupakan satu-satunya cara menangani kasus ini, karena ini kasus gunung es, apalagi setelah diketahui publik bahwa salah satu guru JIS yang sempat mengajar selama 10 tahun adalah buronan FBI yang merupakan predator seks anak, Vahey yang baru bulan lalu nekad bunuhn diri di Amerika. Dan ditambah lagi dengan tewasnya tersangka Azwar yang bunuh diri meminum cairan pembersih Forstex dikamar mandi Polda kemaren itu." ungkap Ronny.
Harus ada perbaikan menyeluruh dilakukan. Harus ada pencegahan secara masif di sekolah. Mungkin juga ada korban-korban lainnya yang masih takut mengungkap kasus ini.
"Jadi banyak yang masih di bawah permukaan yang harus dicegah. Mungkin banyak korban-korban lain yang tidak bisa dipaksa orangtuanya untuk mengungkap kasus ini. Kita perlu mencari cara yang lain yang dijadikan koordinasi kerjasama," tuturnya.
Sampai saat ini Polisi sudah menetapkan 6 tersangka terkait kasus kekerasan seksual di Jakarta International School (JIS). Yang mengagetkan salah satu tersangka adalah perempuan, Afrischa Setyani. Afrischa diduga mengidap kelainan seksual sadistis.
"Kelainan ini disebut sadistis," kata pengamat kriminal dan psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, kepada infobreakingnews.com, Senin (28/4/2014).
Menurut polisi, Afrischa ditahan karena berperan memelorotkan celana korban, memegangi korban. Saat tersangka lelaki melecehkan korban, Afrischa memelorotkan celananya sendiri. Dia juga pernah memasukkan jarinya ke dubur korban dengan memakai kaos tangan.
Reza menyatakan, perilaku sadis ini justru menimbulkan gairah seksual terhadap Afrischa. "Kalau dilihat secara sepintas memang sepertinya ini masalah seksual tapi sebenarnya ini motifnya adalah ingin menunjukkan bahwa dirinya dominan dan bisa mengendalikan orang lain. Jadi perilaku seksual ini motifnya bukan seksual tapi dominasi," katanya.
Lalu apa penyebab penyimpangan tersebut? Reza mengatakan biasanya orang yang mengidap penyimpangan itu pernah menjadi korban dominasi pihak lain. Sehingga sebagai kompensasinya dia 'balas dendam' dengan mengeksploitasi pihak lain.
"Tentunya yang mudah untuk dimanipulasi adalah anak-anak, sehingga dia memilih sasaran anak-anak," katanya.
Reza meminta polisi melakukan penyelidikan yang lebih teliti terkait kasus ini. Menurutnya anak-anak di JIS perlu diperiksa mendalam untuk mencari korban lainnya. Dan tak mustahil masih ada beberapa guru pengajar JIS yang sama seperti Vahey.***Yakob Pranata.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !