WS. Ibrahim ; Tragedi Memalukan di Sekolah Internasional

"MASIH ADAKAH RASA MALU"

Ketika anak itu merintih,
hampir tidak ada yang percaya,
bahwa dia itu adalah korban.
Ya, korban kebejatan manusia yang tidak berkeprimanusiaan.
Kok bisa?
Ya, kenapa tidak bisa?
Karena sudah ada persekongkolan,
walau diantara orang lain yang sedang melakukan kesibukan.
Orang yang dipercaya, bisa berbuat apa saja. Semaunya.
Tidak ada lagi rasa malu atau bersalah,
karena yang dia inginkan adalah kepuasaan.
Ya, kasian korbannya.
Bahkan untuk masa depannya.
Siapa yang harus memberikan perhatian kepadanya.
Siapa yang mau disalahkan,
karena semua mau bebas dan lepas tanggung jawab.
Sulitkah untuk meminta maaf, atau memberikan dukungan moral kepada korbannya.
Agar hal yang bisa merusak dan menyakitkan tidak terjadi lagi?
Atau, masa bodoh akh, kan bukan aku korbanya.
Jika saja moral manusia diberikan kesadaran,
untuk apa hanya berpikir untuk lembaga, organisasi atau diri sendiri.
Itu egois.
Lihatlah dampaknya.
Cukupkah hanya dengan mengatakan "kasihan",
sementara banyak yang sudah tidak peduli,
bahkan dibiarkan saja, seolah tidak mengerti.
Mengapa?
Okh, sedihnya.
Ditempat terpandang seperti di sekolah internasional
atau dibanyak sekolah yang luar biasa hebatnya,
atau ditempat-tempat yang sakral dan terpandang,
kekerasan, perbuatan yang melanggar susila sampai percabulan, bisa terjadi dimana-mana.
Dimanakah pendidikan budi pekerti,
atau hanya uang yang mereka cari.
Okh, dunia pendidikanku saat ini,
tempat dimana orang seharusnya melindungi
untuk mendapatkan ilmu dan terdidik kepribadiannya,
kini bagai neraka untuk mereka yang ternoda.
Tapi, menjadi tempat tertawa, walau ada org lain yang menderita.
Kini seperti pagar makan tanaman.
Yang diandalkan jadi tempat sumpah serapah.
Siapakah yang harus memecahkan masalahnya,
sebelum pendidikan semakin bermasalah.
Masih adakah rasa malu,
atau rasa malu itu sudah menjadi tanda tanya?
Kita tunggu jawabnya.
Pada semua yang mau bercerita.

Karya: WS Ibrahim
Puisi ke 64 untuk Info breaking News.