Palu, infobreakingnews - Sifat utama teroris yang sesungguhnya lebih kejam dari pemberontak, yang tidak menghiraukan kepentingan hidup hajat orang bayak, sehingga membuat sekurang-kurangnya empat desa yang dihuni puluhan ribu penduduk di wilayah Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), saat ini mengalami kesulitan makanan atau terancam kelaparan, akibat tidak bisa berkebun untuk bercocok tanam, karena keamanan mereka terancam oleh aksi-aksi terorisme yang belakangan semakin brutal dan berlaku sadis mengancam kepentingan hidup orang banyak.
Kendati sudah banyak teroris mati ditembaki oleh aparat Densus 88, namun tetap saja bertumbuh subur dibelahan bumi, padahal entah sudah berapa banyak uang megara dikucurkan untuk operasi pemberantasan teroris ini, sepertinya tidak mampu menekan angka pertumbuhan generasi muida teroris yang terlanjur sudah nekad mati jihad sesuai dengan otak pemikirannya sendiri.
Desa-desa tersebut antara lain Desa Tangkura, Pantango Lembah, Taunda, dan Padalembara, berada di jalur Trans Sulawesi menghubungkan Sulsel-Sulteng-Gorontalo-Sulut. Peristiwa terorisme yang kembali marak di kawasan pesisir sejak September 2014 sampai saat ini, menyebabkan nyawa warga di daerah bekas konflik itu terancam.
“Saat ini warga tak berani ke kebun ataupun ke ladang, karena mereka takut dengan keberadaan para penembak misterius, yang diduga banyak berkeliaran di dalam hutan,” kata Pdt Renaldy Damanik, dari Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST), Palu, Senin (9/2).
Di Tangkura, misalnya, sebut Damanik, terdapat sedikitnya 612 keluarga warga GKST yang sudah sekitar sebulan ini tak lagi berani pergi ke kebun. Di desa ini, pada akhir Januari lalu, tiga warganya tewas ditembak orang tak dikenal saat pulang dari kebun. Hal ini membuat warga semakin takut.
“Padahal kalau warga tidak bertani, mereka tak bisa makan,” ujar Damanik, mantan Sekretaris Crisis Center GKST, saat terjadi konflik horisontal di Poso tahun 1998-2007.
GKS Klasis Poso Pesisir, katanya, sudah melaporkan hak ini ke Pemkab Poso, agar untuk sementara warga diberikan bantuan makanan.
Wakil Gubernur Sulteng Sudarto mengatakan, pihaknya sedang mendata jumlah warga yang terancam di Poso Pesisir itu untuk diberikan bantuan beras, alat pertanian, serta bantuan perbaikan rumah warga.
Wakil Bupati Kabupaten Poso, Samsuri mengumpulkan para kades dan camat di wilayah tersebut akhir pekan lalu, dan memberi pemahaman, serta menenangkan warga menyusul kondisi keamanan yang belum menentu.
“Kita ingin mengantisipasi, agar jangan sampai terjadi keributan di antara warga yang mulai stres memikirkan perekonomian mereka yang terus merosot, karena tidak bisa bekerja mencari nafkah di kebun,” papar Samsuri.
Sampai saat ini, terdapat sedikitnya 600 personel pasukan Brimob dari Jakata dan 400 personel Brimob Polda Sulteng dikirim untuk memburu para penembak misterius, yang diduga kelompok terorisme dari jaringan Santoso.
Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Bachtiar, saat meninjau langsung situasi keamanan di Poso. Ia berjanji akan menambah personel pasukan TNI, sehingga masyarakat bisa mendapatkan pengawalan kapanpun dibutuhkan untuk beraktifitas di kebun. *** Budimans.

.jpg)

0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !