![]() |
Kuala Lumpur, Info Breaking
News – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu)
Malaysia memprotes keputusan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang memasukkan
Malaysia dalam daftar ‘K’ atau negara yang rawan penculikan dan penyanderaan.
“Kementerian Luar Negeri sangat memprotes keputusan
pemerintah AS untuk menjadikan Malaysia dalam indikator 'K' yang baru
diumumkan,” bunyi penyataan Kemlu Malaysia, Senin (15/4/2019).
Masuknya Malaysia dalam daftar tersebut diumumkan melalui imbauan perjalanan pada 9 April 2019 lalu. Imbauan itu menyatakan bahwa para pelancong harus lebih berhati-hati di negara bagian Sabah karena penculikan.
Menurut
portal berita yang berbasis di Rusia, Sputnik, Deplu AS menempatkan 35 negara
masuk indikator ‘K’ terkait risiko penculikan dan atau penyanderaan. Negara-negara
seperti Afghanistan, Kolombia, Etiopia, Iran, Irak, Rusia, dan Filipina juga
ikut tercantum dalam daftar tersebut.
“Ada
ancaman penculikan demi tebusan dari kelompok teroris dan kriminal.
Kelompok-kelompok ini mungkin menyerang dengan sedikit atau tanpa peringatan,
menargetkan resor pantai, resor pulau, dan kapal yang mengangkut wisatawan ke
pulau resor,” bunyi imbauan itu.
Sebagai
tanggapan, Malaysia menyatakan akan memanggil duta besar AS untuk memberi penjelasan
atas imbauan baru tersebut.
Kemlu
Malaysia juga menilai imbauan perjalanan baru AS tersebut tidak memiliki
objektivitas dan tidak mencerminkan kenyataan di lapangan, terutama situasi
keamanan di Sabah timur yang tetap aman dan dilindungi bagi wisatawan.
“Ini mengabaikan fakta bahwa jumlah kedatangan wisatawan
di Sabah telah meningkat 5,5%, mencapai 3,87 juta pada tahun 2018. Lebih jauh,
jumlah insiden penculikan telah menurun secara signifikan hingga hampir nol.
Sabah Timur bahkan terus memikat penyelam kelas dunia,” bunyi pernyataan Kemlu
Malaysia.
Dijelaskan,
keberhasilan wisata Malaysia ini adalah hasil dari langkah-langkah proaktif
yang diambil oleh pemerintah Malaysia, seperti meningkatkan jumlah patroli,
kerja sama keamanan yang lebih erat dengan negara-negara tetangga, dan
penentuan posisi strategis aset keamanan untuk mengamankan daerah.
“Mengingat
fakta-fakta ini, Malaysia mendesak AS untuk lebih objektif dalam penilaiannya.
Kami mendesak AS untuk segera menghapus Malaysia dari daftar 'K',” kata
Kemlu. ***Jeremy
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !