![]() |
Yogyakarta, Info Breaking News – Kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta
kini resmi ditetapkan sebagai kawasan pedestrian. Meski baru akan dilaksanakan
setiap 35 hari sekali atau tiap Selasa Wage, antusiasme warga terlihat sangat
positif menyambut kawasan pedestrian tersebut.
Kepala Dishub DIY Sigit Sapto Rahardjo menyebut sejumlah tahapan pengaturan
arus lalu lintas akan dilakukan untuk menyesuaikan keberadaan jalur pedestrian
di Kawasan Malioboro. Tahapan yang pertama ialah diberlakukannya rekayasa lalu
lintas berupa pengalihan dan perubahan arus
lalu lintas di sekitar kawasan Malioboro.
Sehubungan dengan
rampungnya revitalisasi jalur pedestrian di Kawasan Malioboro pada akhir
Desember 2018, Sigit menjelaskan pihaknya kini tengah mengkaji mekanisme lalu
lintasnya mengingat kendaraan bermotor dan kendaraan tradisional hanya bisa
melalui jalan yang di tengah selebar 6 meter.
Terpisah peneliti Pusat Studi dan Transportasi
Logistik (Pustral) UGM, Dr Arif Wismadi menyatakan, peningkatan daya tarik
kawasan Malioboro bertujuan untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang datang,
agar berinteraksi dan menghasilkan transaksi serta menumbuhkan manfaat sosial,
ekonomi dan budaya.
Meski begitu,
dikarenakan volume pengunjung yang terus meningkat, beberapa strategi yang
dapat diterapkan untuk mengurai dan mengurangi kemacetan diantaranya adalah
menerapkan rekayasa lalu lintas yang sifatnya asimetrik, dan dinamisasi ukuran
unit pergerakan.
Uji coba kawasan Malioboro menjadi semi pendestrian
membuat ruang transaksi dan interaksi meeting place lebih besar. Selain itu,
ketika Malioboro bebas dari kendaraan bermotor, hal tersebut menandakan adanya
suatu evolusi Jogja semakin istimewa dengan memberikan ruang publik yang lebih
harmonis.
Sebelumnya, Gubernur DIY
Sri Sultan HB X beserta Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti menyebut dengan liburnya
pedagang kaki lima (PKL) bersamaan dengan waktu pedestrian, maka pemerintah
setempat harus menyuguhkan alternatif hiburan untuk pengunjung Malioboro selain
aktivitas seni budaya. Bahkan Sri Sultan juga mengusulkan agar Malioboro bisa
menjadi ruang instalasi seni rupa.
Uji coba tersebut,
menurutnya, juga tidak akan mengganggu perekonomian masyarakat, misalnya bagi
hotel yang ada lebih dulu di kawasan Malioboro.
Namun yang paling
penting menurut Sultan, masyarakat juga harus meningkatkan kesadaran pemahaman
dalam menjaga kebersihan, termasuk membuang sampah.
"Kesadaran
untuk membuang sampah belum terstandarisasi. Padahal di dekatnya ada tempat
sampah, namun malah buang di besi-besi. Sehingga mempersulit pekerja,"
ujar Sultan. ***Yohanes Suroso
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !