![]() |
Zainal Bintang, Penulis wartawan senior dan pemerhati masalah sosial budaya bersama Wapemred Info Breaking News, Soegiharto Santoso alias Hoky |
Jambi, Info Breaking News - Namanya M.Nuh, berdomilisi di Kampung Manggis, Jambi. Ia tiba-tiba terkenal gegara lelang motor “Gesit” milik presiden Jokowi yang ada
tanda tangannya. Acara itu diadakan dalam acara konser amal “Berbagi Kasih
Bersama Bimbo” yang digagas BPIP (Badan Pembina Ideologi Pancasila, MPR
(Majelis Permusyawaratan Rakyat) dan
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
Acara ini
didedikasikan selain untuk para seniman dan para pekerja seni, juga untuk
kelompok masyarakat lainnya yang membutuhkan, ujar Bamsoet panggilan akrab
Ketua MPR Bambang Soesatyo. Sebagai
pemenang lelang, M. Nuh terpaksa gigit
jari. Batal demi hukum lantaran terjadi salah paham. Panitia Konser sejatinya bertujuan mencari
dana dari donatur namun M. Nuh menyangka dia
akan diberi dana oleh panitia karena memenangi kuis senilai Rp 2,55 miliar.
Dalam sebuah video di YouTub, M. Nuh ngomong blak-blakan. “Saya dari dulu buruh bangunan,” katanya sambil tertawa renyah. Menurutnya hari Minggu (17/04) di rumahnya
saat menonton TV secara tidak sengaja ada siaran acara konser amal yang sudah berlangsung setengah jalan. Pikirnya itu acara kuis. Ada enam pilihan nomor yang bisa dihubungi. Setelah berulangkali
menghubungi kontak nomor 6 yang ditangani Wanda Hamidah, akhirnya bisa nyambung
pada percobaan yang ketujuh kalinya.
Tak disangka-sangka ada sambungan. M.Nuh menceritakan, “setelah
masuk itu, dia langsung (ditanya) ini dari siapa. (Dijawab) ini dari Pak M. Nuh, Kampung Manggis, Jambi,”
jawabnya senang. Si penerima telepon mencecarnya,“apakah bapak mau ikut?” Mengira
dirinya akan mendapat hadiah, langsung menjawab “Iya ana (saya) ikut,” sahutnya sambil terus tertawa tanpa beban. “Yang nawarkan hadiah itu mereka sendiri.
Waktu itu belum Rp 2,55 M, waktu itu sekitar Rp 500an juta hingga Rp 1 M dia
nawarnya.”
Ketika angka mencapai 2 miliar, ternyata pulsa di
handphonenya habis. Sempat kecewa, merasa gagal dapat hadiah kuis. Dia banting handphonenya. Tapi handphone tanpa pulsa itu tiba-tiba berdering. Panitia menyampaikan
dirinya masih tetap ikut dalam program
itu. Pada angka 2.55 miliar dirinya dinyatakan pemenang. Diapun loncat – loncat
kegirangan. Isterinya menjelaskan itu bukan kuis. Itu lelang. Dia yang harus
membayar. M. Nuh ketakutan. Televisinya langsung dimatikan. Handphone disembunyikan di kulkas.
Besoknya berita tentang dirinya beredar luas. Dia dicari petugas dari
kepolisian
Banyak pembelajaran yang dapat ditarik dari
kasus lelang motor presiden Jokowi yang kacau
balau ini. Panitia penyelenggara tentunya digerakkan oleh niat baik mencari
dana untuk korban wabah Covid 19. Kesungguhan niat baik dapat dilihat dari penggagasnya
tokoh bangsa yang punya nama besar seperti Megawati dan Bambang Soesatyo sebagai jaminan mutu. Tapi
niat baik saja ternyata tidak cukup. Seyogyanya ada kajian serius atas kondisi
psikologis masyarakat.
Kasus gagal menang “pengusaha besar” dari Jambi ini menjadi trending topic gunjingan kurang dari 24 jam setelah acara lelang
dan masih berlangsung sampai sampai hari ini.
Puluhan juta pengguna media sosial berselancar memberi tanggapan. Komentar mereka yang beraneka macam berhamburan
di ruang publik. Menuduh konser kisruh
karena panggagasnya pekat dengan politik. Bau politiknya terlalu dominan. Berbeda
dengan konser amal Didi Kempot yang bernuansa seni yang tulus dan membawa pesan
kemanusiaan.
Publik menganggap panitia tidak peka terhadap
perasaan masyarakat yang sedang susah karena pandemi. Selain itu, masyarakat juga
sekarang ini diibaratkan sedang berkontemplasi membersihkan jiwa dari sisa polusi
politik kampanye hitam selama pemilu yang menyisakan luka dan kekecewaan.
Masyarakat perlu membuat jarak dengan segala hal yang berbau politik.
Mereka masih muak dan mual dengan eforia kampanye yang sarat caci maki dan
ujaran kebencian. Kesehatan bangsa sedang terganggu virus politik identitas. Saat
ini rakyat butuh suasana religius ; sebuah suasana keagamaan yang khidmat untuk
menenangkan perasaan dari trauma politik dan tekanan pandemi. Terlebih saat itu
sedang di dalam bulan suci Ramadhan.
Jika Nabi Nuh AS
diutus oleh Allah SWT untuk kaumnya di kawasan sungai Eufrat dan Tigris, supaya
menegur seorang raja yang zalim dan otoriter bernama Darmasyil yang egois,
otoriter dan anti Tuhan. Apa yang dialami “nabi” M.Nuh
dari Jambi itu memang tidak ada
hubungannya dengan pembuatan perahu atau bahtera. Urusannya soal lelang
sepeda motor milik presiden yang kocar kacir.
Namun di dalam wawancara di video yang
diunggah Sabtu (23/05) M. Nuh menggunakan kesempatan “menegur” keras presiden
Jokowi supaya serius memperhatikan nasib rakyat kecil. Melalui kasusnya, M. Nuh
berharap Jokowi lebih terbuka matanya dan lebih peduli terhadap rakyat kelas
bawah seperti dirinya. “Mudah –mudahan kalau pak Jokowi mendengar, mungkin ini menjadi
pelajaran kita bersama. Dengan adanya kasus ini Allah menunjukkan rakyat kecil
itu perlu diperhatikan kesejahteraannya”, katanya.
Akibat kesimpang siuran pemenang lelang itu, panitia kerepotan
“mencuci tangan”. Sibuk memberi penjelasan kiri kanan. Mereka segera mengubah
pemenang lelang. Menggantikan M. Nuh dengan anak konglomerat terkenal yang juga ketua umum partai politik. Namun
semua itu tetap tidak mampu merubah pandangan rakyat miring, yang menganggap
mereka kurang memiliki sensitivitas sosial yang tinggi dan kurang profesional.
Konser
berdurasi dua jam itu yang dilaksanakan di studio TVRI dan disiarkan oleh
sejumlah stasiun televisi swasta juga menuai kritik karena
sejumlah pihak yang hadir di studio berfoto tanpa menerapkan physical distancing dan tidak menggunakan masker.
Ketua
MPR Bamsoet meminta maaf melalui pesan singkat (19/05) “Itu semua salah saya,”
katanya.
Kasus
lelang yang ricuh itu kadung menjadi anekdot politik yang gurih. Petinggi
negeri menerima kiriman “hadiah lebaran” yang pahit berupa cacian dan makian dari publik.
Dengan ongkos kirim yang mahal: defisit
kredibilitas!
Beberapa
pesan WhatsApp yang masuk ke handphone saya menitip pesan supaya
menuliskan begini: kasus lelang motor yang kacau itu membuat pembesar
negeri seolah sedang tersesat di jalan yang
terang! ***Hoky (sumber: Zainal Bintang)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !