Headlines News :
Home » » Para Pesaing Menjadi Senewen Melihat Tingginya Elaktabilitas Jokowi

Para Pesaing Menjadi Senewen Melihat Tingginya Elaktabilitas Jokowi

Written By Unknown on Kamis, 13 Maret 2014 | 19.03


Jakarta, infobreakingnews  - Tingginya tingkat popularitas dan keterpilihan atau elektabilitas Joko Widodo atau Jokowi di sejumlah survei dinilai anomali bahkan nyaris kegilaan yang amat serius. merupakan refeleksi dari kerinduan masyarakat Indonesia yang merindukan sosok Presiden yang dekat dengan rakyat, rendah hati dan bijak dalam menyikapi segala sesuatu dengan barometer pro rakyat guna meningkatnya taraf penghidupan masyarakat luas yang selama ini masih tertindas dan tak diperhatikan oleh Pemerinta Pusat.

"Sebenarnya kita agak gila semua orang keranjingan Pak Joko Widodo padahal tidak sepatah katapun kita dengar Pak Jokowi ini mau ngapain kalau jadi presiden," kata pakar psikologi politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Moeloek dalam acara rilis telesurvei yang diadakan Soegoeng Sarjadi School of Government (SSSG) di hotel Four Seasons, Jakarta, Kamis (13/3).
Padahal secara rasional, kata dia, harus ada pertimbangan retrospektif yaitu jejak rekam calon dan prospektif, seperti visi dan program yang akan dilakukan oleh tokoh. Hal itu selayaknya tidak dilakukan dalam waktu singkat.
"Kalau teori voting pemilih mendasarkan dua hal melihat restropektif ke belakang artinya orang ini siapa, kedua prospektif apa yang ditawarkan oleh tokoh itu," kata dia lagi.
Seperti dalam telesurvei hari ini, Jokowi kembali menjadi calon presiden yang elektabilitasnya paling tinggi melalui jajak pendapat yang dilakukan di 10 kota oleh SSSG.
Tingkat elektabilitas Jokowi yang kini menjabat gubernur DKI Jakarta itu hingga 40,32 persen sementara calon lain menempati tingkat elektabilitas yang jauh di bawah yakni 10,64 persen untuk Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla 6,08 persen.
Namun, kata Hamdi, publik "gila" yang keranjingan Jokowi itu dianggap tak bisa dilepaskan dari sistem pemilu Indonesia yang terdiri dari pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) yang tak serentak.
Sehingga partai politik cenderung mengukur pileg lebih dahulu sebelum melambungkan nama calon presidennya.
Padahal untuk sosialisasi visi dan program ke depan selayaknya, menurut Moeloek, dibutuhkan satu hingga dua tahun untuk meyakinkan publik. Dalam masa-masa itu survei pula dianggap akan makin efektif mengukur elektabilitas.
Banyak hal yang tidak lazim dan rakyat yang datar pola berpikirnya, sangat sulit menggantikan figur lain selain Jokowi saja. Hal ini yang menjadikan banyak pengamat politik dan cendiakiawan menjadi senewen, dan bukan rakyat yang gila, tapi justru para pesaing Jokowi yang selama ini sangat berambisi menjadi Pemimpin Nasional yang menjadi gila dibuat pencinta Jokowi.***Candra Wibawanti.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved