![]() |
| Plt.Sekjen PDIP Hasto |
Ada beberapa hal yang sangat krusial dan berdampak buruk bagi Abraham Samad, mengingat poisisinya sebagai ketua KPK yang aktip, dan aturan main di KPK menyatakan bahwa mereka para pimpinan KPK tidak boleh mengadakan pertemuan dengan pihak manapun apalagi dengan pihak elit parpol jika bukan dalam ranah penyidikan kasus korupsi secara resmi dan terbuka yang diketahui oleh publik.
Sehingga apa yang diungkapkan oleh Plt Sekjen PDIP Hasto pada hari ini, Kamis (22/1) Lebih dari 50 wartawan dari berbagai media cetak dan online diundang dalam acara jumpa pers spesial edisi pengungkapan rahasia besar dibalik peristiwa huikum, dimana pekan lalu pihak KPK telah mengumumkan poisisi hukum Calon Tunggal Kapolri Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi, dan penetapan tersangka terhadap Budi Gunawan ini telah mengakibatkan persoalan hukum yang cukup panjang bahkan menjadi perdebatan sengit dikalangan elit nasional.
Komjen Budi Gunawan pun melakukan serangkaian perlawanan terhadap KPK, sekaligus menggugat KPK ke Pengadilan Tata usaha Negera (PTUN) serta melaporkan Abraham Samad dan Bambang Widjajanto ke Kejaksaan Agung serta ke Mabes Polri, guna kejelasan hukum yang sudah terlanjur dinyatakan oleh KPK dirinya sebagai penjahat korupsi.
Sepekan lalu Mantan Wakil Ketua DPD RI, Laode Ida kepada sejumlah wartawan di Jakarta, Senin (19/1), mengatakan, dirinya tiba-tiba mendapat kiriman link berita yang dimuat oleh sebuah media online bergennngsi di ibukota dari seorang rekan.
"Semula saya abaikan. Namun, pagi ini saya dengan santai membaca berita itu. Ternyata beritanya serius, menceritakan kronologis gairah politik Ketua KPK Abraham Samad saat diiming-imingi untuk menjadi Cawapres Jokowi. Sungguh saya baru tahu kalau ada manuver Abraham Samad seperti itu, tentu dengan asumsi berita Kompasiana itu benar," kata Laode Ida.
Kesimpulan yang bisa ditarik dari berita itu, kata dia, Abraham Samad sudah terlalu jauh melangkah dalam berpolitik, shingga secara langsung maupun tak langsung mempengaruhi sikap dan kebijakannya di KPK.
Secara khusus, lanjut dia, dalam kaitan tersangkanya calon Kapolri Budi Gunawan,versi analisis berita itu, merupakan buah dari rasa dan sikap dendam Samad, karena dia tahu persis Budi Gunawan-lah figur orang keras untuk menolak Samad jadi Cawapres Jokowi.
"Sikap Samad seperti itu, lagi-lagi jika benar, tentu tak bisa dianggap sederhana, karena sudah terlalu jauh mengeksploitasi KPK untuk kepentingan pribadinya, dan secara pribadi bersikap dendam luar biasa. Oleh karena itu pula secara khusus melalui jalur by pass jadikan Budi Gunawan tersangka korupsi minggu lalu," katanya.
Kalau berita ini sudah menjadi konsumsi publik luas, Laode Ida secara tegas menyebutkan bukan mustahil rakyat bangsa ini akan marah besar dan bahkan akan muak melihat Samad dan KPK.
Olehnya itu, laode menyarankan KPK dan secara khusus Abraham Samad harus secepatnya mengklarifikasi berita Kompasiana itu.
"Karena kita pasti tak ingin KPK akan mengalami demoralisasi dan delegitimasi sosial akibat dari berita yang mengungkap perilaku tak etis dari Samad. Apalagi, dalam brita itu, Samad diindikasikan melakukan transaksional terkait ringannya hukum politisi senior PDI-P, Emir Moeis," katanya.
Kendati bgitu, Laode Ida mengatakan, kita tak boleh membiarkan atau menolerir Budi Gunawan untuk menjadi Kapolri, karena profilnya terkait dengan rekening tambun, termasuk yang dimiliki keluarganya.
"Biarlah KPK mempercepat proses hukum Budi Gunawan. Dan pada saat yang sama, para pejabat lain yang miliki rekening tak wajar pun harus digiring ke meja hijau secepatnya, dan harta kekayaan mereka harus disita oleh negara. Kita tak ingin KPK jadi hancur, tapi negara ini pun harus bebas korupsi," kata Laode
Kronologis Pertemuan
Sebagai mana diberitakan Kompasiana, dalam beberapa pertemuan dengan elite PDI-P Samad memakai masker dan topi.
Samad menemui petinggi PDI-P dan menawarkan dirinya untuk mendampingi Jokowi. Karena dalam pertemuan itu Samad masih dalam kedudukannya sebagai Ketua KPK.
Ini kronologi pertemuan Samad dengan petinggi PDI-P menurut Kompasiana:
PERTEMUAN PERTAMA :
Di bulan Februari 2014, pihak Samad sudah mendengar kubu Megawati yang saat itu sedang dalam posisi genting untuk memutuskan siapa yang maju "Megawati atau Jokowi dalam Capres 2014", Samad mendapatkan kabar bahwa Jokowi-lah yang mulai mendapatkan angin ketimbang Megawati dalam pencalonan Presiden 2014 karena banyak beredar survey-survey dimana Megawati selalu ditempatkan dibawah Jokowi oleh lembaga survey.
Samad mulai berhitung bahwa dirinya punya kesempatan mendampingi Jokowi, karena Samad mendapatkan kabar Jokowi belum ditentukan siapa pendampingnya, kubu PDIP ingin ada semacam reprosikal politik "Jokowi maju, PDIP menang 27,02 % sesuai hasil keputusan kongres.
Inilah kenapa pendamping Jokowi belum ditentukan, tapi semua pihak yang punya jaringan politik mulai merapat ke PDIP. Tak terkecuali Samad, ia punya kekuatan politik, walaupun bila kekuatan politiknya itu digunakan, ia menyalahi etika dan fungsi kebijakan publik, karena senjata satu-satunya adalah KPK.
Pada pertemuan pertama ada dua orang Petinggi PDIP senior, dan Petinggi PDIP yunior yang diajak Samad bertemu, di sebuah tempat mewah, sebuah Apartemen di depan sebuah Mall dan Pusat Perbelanjaan Pacific Place" yang berlokasi di Sudirman Central Business.
Dalam pertemuan itu, pihak Samad nyenggol soal "Emir Moeis" ini harus juga dibuka ke publik, kenapa dalam pertemuan ini, Emir Moeis dibuka dan jadi pembahasan Samad kepada dua petinggi PDIP itu?
"Saya akan bantu kalau ada kasus Emir Moeis, Emir ...kan sudah dibantu hukumannya tidak berat?" Kata Abraham Samad, kepada dua petinggi PDIP, pada Februari 2014 lalu, termasuk diantaranya adalah Hasto yang kini sebagai Plt Sekjen PDIP.
PERTEMUAN KEDUA
Terjadi pertemuan kedua antara Samad dengan seorang Petinggi PDIP dan salah satu temannya yang bukan orang Partai, pertemuan itu ada asisten Samad yang berinisial "D".
Lagi-lagi di Apartemen mewah di wilayah SCBD, Jakarta Selatan. Samad tampak sangat santai, dan tahu sekali suasana apartemen. Disana petinggi PDI Perjuangan bertanya dengan Samad, "Apakah bersedia untuk dijaring" pertanyaan ini membuka kesempatan bagi Samad masuk dalam bursa pencalonan wakil Presiden dari kubu PDIP.
Samad dengan wajah teduhnya menyetujui dan gembira sekali.-Hal ini harus dicatat, Samad masih menduduki posisi Ketua KPK dan amat tidak etis masuk ke dalam pencalonan politik saat ia menjabat, andai ia ingin terus menjabat etikanya ia harus keluar dulu dari posisi pimpinan KPK.
PERTEMUAN KETIGA
Inilah pertemuan yang diketahui publik secara luas yaitu pada Sabtu (3/5/2014) di Ruang VIP Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta - Pers berebutan memfoto mereka, seakan-akan ada pertemuan yang tidak disengaja, tapi pers dikelabui ada pertemuan rahasia, dimana Samad memakai Masker dan Topi menemui pihak PDIP di sebuah hotel Bintang Lima di Yogyakarta, sekali lagi Samad didampingi Asistennya yang bernama "D".
Dalam pertemuan itu Samad mempertanyakan nasibnya soal kelanjutan posisi pencalonannya sebagai Wakil Presiden RI. Ada satu petinggi PDIP. - Agar peristiwa ini tidak menjadi fokus, Samad kemudian merancang seakan-akan ada pertemuan yang tidak sengaja di Bandara Yogyakarta.
Di sini sekaligus Samad ingin mencoba "Apakah publik setuju apa tidak bila dirinya maju menjadi "Capresnya Jokowi". Dan rupanya dukungan Publik besar juga, Samad sangat antusias ia menggariskan diri berada dalam barisan Jokowi.
PERTEMUAN KEEMPAT
Setelah melihat antusias rakyat bahwa Samad yang akan maju menjadi pendampingnya Jokowi, Samad semakin bersemangat. Ia dikenalkan oleh salah satu petinggi PDIP kepada seorang Jenderal Purnawirawan dan membahas soal peluangnya menjadi Cawapres.
Samad sekali lagi datang dengan masker dan topi, digunakannya masker dan topi adalah bagian dari alam bawah sadar Samad bahwa dirinya bersalah secara etika bila mengunjungi seseorang dalam kepentingannya yang menjadi irisan dalam tanggung jawabnya di KPK. Dalam pertemuan itu Samad, bahkan sempat foto-foto dengan keluarga Pensiunan Jenderal itu.
PERTEMUAN KELIMA
Pertemuan kelima terjadi di sebuah gedung, ada petinggi PDIP dan Samad. Saat itu pembicaraan Samad sudah sangat serius dan mendalam, bahkan dari gedung itulah logo Jokowi-Samad sudah mulai beredar dimana-mana.
PERTEMUAN KEENAM
Inilah pertemuan yang paling mengerikan dan perlu dicatat khusus, dan juga menjadi alat dalam mengkaji siapakah Samad sesungguhnya.
Sebelum masuk ke Pertemuan keenam, baiklah kita lihat diluar lingkungan Samad. Saat itu beberapa elite PDI Perjuangan berkumpul. Ada masukan paling penting bahwa Jusuf Kalla maju jadi Cawapres Jokowi, pertimbangannya amat rasional "Jusuf Kalla memegang massa Golkar, Jusuf Kalla bisa menjadi jangkar Golkar, walaupun Golkar saat ini dipegang Aburizal Bakrie, tapi pengurus-pengurus Golkar pasti akan berpihak ke Jokowi bila ada Jusuf Kalla disana.
Sementara Abraham Samad sama sekali dinilai tidak punya akar massa, ia hanya kuat di media, bukan di tingkat massa, Samad dinilai oleh salah satu elite PDIP itu masih hijau dalam politik, sementara ada beberapa informasi yang masuk bahwa Prabowo sangat kuat, mustahil bila menjadikan Samad sebagai gacoan politik, bisa berantakan nanti Jokowi.
Dan yang paling kuat menentang Samad adalah Budi Gunawan (BG) orang yang pada minggu depan kemungkinan besar akan berhadapan dengan Samad di KPK.
Gagalnya Samad jadi Cawapres Jokowi tidak diterima dengan legowo oleh Samad. Saat berita itu sampai pada dirinya, ia berkata dengan mata tajam kediri Hasto, salah satu petinggi PDIP
"Saya Sudah Tahu karena sudah menyuruh orang-orang saya saya untuk memasang alat sadap, sehingga saya tahu siapa yang menjadi penyebab kegagalan saya. Saya janji akan menghabisi orang itu." Kata Abraham Samad, kepada Hasto, salah satu petinggi PDIP yang menurut Hasto, dirinya diminta oleh Joko Widodo untuk menemui Samad dalam rangka memberitahukan gagalnya Samad dipasangkans sebagai Wapres.
Poin di atas amat penting karena : "menjelaskan bahwa salah satu yang diincar Abraham Samad adalah Budi Gunawan" dan menjadikan Megawati sasaran kebencian publik, karena gagal menjadikan dirinya sebagai Cawapres.
Bila Komjen Pol. Budi Gunawan dieksekusi minggu depan, maka pihak Kejaksaan dan pihak DPR bisa menjadikan hal ini diangkat ke publik, soal Abraham Samad. Pihak DPR, Presiden Jokowi, Media dan Publik secara umum harus mempertanyakan soal pertemuan-pertemuan Samad dengan PDIP dan hal ini bisa menjadikan pertanyaan lebih lanjut soal "legitimasi moral" Samad menjadi Pimpinan KPK.
Kini setelah Plt Sekjen PDIP Hasto mengungkapkan dendam pribadi Abraham Samad dibalik kasus penetapan diri Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi, maka sejak hari ini pemeritaan headline soal ini menjadi mata berita besar bagi semua media nasional dan internasional. Rakyat sangat butuh penjelasan seterang-terangnya dari berbagai pihak khususnya KPK harus menjelaskan persoalan ada udang dibalik kepiting besar ini, atau adili secara fakta elit PDIP Hasto dan Ketua KPK Samad. Siapakah diamtara kedua oprang ini yang berbohong besar kepada rakyat . *** Emil Simatupang.
Kini setelah Plt Sekjen PDIP Hasto mengungkapkan dendam pribadi Abraham Samad dibalik kasus penetapan diri Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi, maka sejak hari ini pemeritaan headline soal ini menjadi mata berita besar bagi semua media nasional dan internasional. Rakyat sangat butuh penjelasan seterang-terangnya dari berbagai pihak khususnya KPK harus menjelaskan persoalan ada udang dibalik kepiting besar ini, atau adili secara fakta elit PDIP Hasto dan Ketua KPK Samad. Siapakah diamtara kedua oprang ini yang berbohong besar kepada rakyat . *** Emil Simatupang.

.jpg)

0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !