Headlines News :
Home » » Mengenang BOB SADINO

Mengenang BOB SADINO

Written By Infobreakingnews on Selasa, 20 Januari 2015 | 16.46

Jakarta, infobreakingnews -  Pengusaha kawakan Bob Sadino, pengusaha nyentrik yang suka mengenakan celana pendek telah  meninggal dunia akibat penyakit komplikasi kemarin. Bob merupakan pengusaha yang dikenal unik.


Salah satu yang paling mencolok adalah cara berpakaian. Tidak seperti kebanyakan pengusaha yang berpakaian rapi dan necis, Bob memilih untuk bercelana pendek dan berpakaian santai.


Bambang Mustari Sadino lahir di Tanjung Karang (sekarang Bandar Lampung) pada 9 Maret 1933. Ia adalah bungsu dari lima bersaudara keluarga yang hidup berkecukupan.


Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. 

Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.

Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. 

Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.


Pekerjaan pertama yang dilakoni Bob setelah berhenti jadi karyawan adalah menyewakan mobil Mercedes miliknya. Ia sendiri menjadi sopir ketika mobil tersebut disewa.


Sayangnya, setelah mobilnya rusak gara-gara kecelakaan dan ia tak punya uang untuk memperbaiki, Bob pun alih profesi menjadi kuli bangunan dengan upah harian.

Bob pun mencoba memelihara dan berbisnis telur ayam negeri atas anjuran dari teman. Akhirnya Bob pun tertarik mengembangkan usaha peternakan ayam.

Bob menjual telur-telurnya dari pintu ke pintu. Ketika itu, telur ayam negeri belum populer di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli oleh ekspatriat-ekspatriat yang tinggal di daerah Kemang, serta beberapa orang Indonesia yang pernah bekerja di luar negeri.

Namun seiring berjalannya waktu, telur ayam negeri mulai dikenal sehingga bisnis Bob semakin berkembang. Bob kemudian melanjutkan usahanya dengan berjualan daging ayam. Bisnisnya pun semakin berkembang sampai tumbuh pesat seperti sekarang ini.



Banyak kesan yang dikenang oleh para pelaku usaha terhadap sosok pengusaha Bob Sadino. Salah satu poin yang berkesan adalah soal pribadi Bob yang fokus menjadi pengusaha hingga akhir hayatnya.


Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah, Natsir Mansyur mengatakan, meski tak mengenal secara pribadi sosok Bob, namun ia mengenang Bob Sadino sebagai pengusaha tulen yang tak tergoda untuk masuk ke bidang politik atau jadi politisi, bahkan menjadi simpatisan partai politik.

"Sampai meninggal beliau sebagai pengusaha, tak pernah bercampur di politik. Kalau saya saja dua alam pebisnis juga dan politiisi. Tapi dia betul-betul entrepreneur tulen, dia nggak berpolitik," kata Natsir  Senin (19/1/2015).

"Di Indonesia rata-rata pengusaha banyak yang banyak berbisnis sambil berpolitik," tegas Natsir.



Bob Sadino merupakan sosok pengusaha yang berbeda dari kebanyakan pengusaha lainnya. Karena bertindak praktis, cepat mengambil keputusan, dan berpikir di luar dari kebiasaan atau berpikir out of the box. Sandi mengatakan, Bob pernah mengkritiknya karena dianggap sering banyak berpikir untuk memutuskan sebuah usaha.


"Sementara kalau menurut beliau, yang namanya usaha itu harus cepat ambil keputusan. Dia mencontohkan, kalau mau belajar berenang ya harus terjun langsung ke kolam renang jangan berenang di darat," ungkap Sandi

Sandi kerap kali menyampaikan alasannya untuk berpikir hati-hati dan penuh pertimbangan dalam memutuskan sebuah bisnis. Ia beralasan, karena latar belakangnya sekolah di bidang keuangan, maka memulai bisnis harus ada pertimbangan, perhitungan, dan perencanaan bisnis.

"Sedangkan beliau mengatakan, literatur, buku-buku itu boleh dibaca. Tapi kembali saat mengambil keputusan bisnis feeling berbisnis adalah yang nomor satu. Mengasahnya ya langsung terjun berbisnis jangan takut gagal," katanya.



Naomi Susan, yang merupakan anak angkat dan sekaligus pakar marketing ini menceritakan pengalamannya bersama sang ayah. Pemilik Kem Chicks tersebut tak hanya berperan sebagai ayah, namun juga sebagai guru atau sang profesor dalam menimba ilmu kewirausahaan.


"Terakhir yang saya dengar dari beliau, Naomi apa pun yang di bawah matahari bisa dijual. Pokoknya beliau nggak ada duanya," kenang Naomi  saat ditanya pesan terakhir Bob Sadino kepadanya yang merupakan seorang ahli marketing, Senin (19/1/2015).

Ia menambahkan, meninggalnya Bob Sadino tak hanya membuat keluarga merasa kehilangan, namun banyak masyarakat Indonesia juga kehilangan termasuk pelaku usaha nasional.

"Aku rasa bukan aku saja dan keluarga, tapi Indonesia juga kehilangan my prof, beliau itu seperti meniupkan roh ke orang banyak, terlahir pengusaha-pengusaha. Beliau nggak pelit ilmu, humble, dan down to earth," jelas Naomi.

Naomi menceritakan, masa-masa menyenangkan bersama sang ayah, yaitu bercanda dan tawa bersama. Kenangannya terhadap sang ayah yaitu, soal kegemaran Bob makan tengkleng, makanan khas Solo.

"Beliau itu suka makan tengkleng, sampai nggak bisa turun mobil, sampai-sampai mobilnya dibikin meja," katanya.


Penampilan khas dan nyentrik bercelana pendek plus berkemeja kotak-kotak ada prinsip dasar marketing yang ia terapkan, yaitu branding diri.


Hal ini disampaikan oleh sahabat Bob, seorang penulis dan pakar kuliner yaitu Bondan Winarno yang malam ini datang ke lokasi rumah duka, di Cirendeu, Tangerang Selatan. Bondan yang memakai baju hitam celana hitam, menceritakan soal awal pertama kali kenal dengan Bob sejak tahun 1980-an.

Saat itu, ia mengenal Bob sudah mengenakan celana pendek khasnya, plus kemeja kotak-kotak. Bob sempat menceritakan soal alasannya memakai celana pendek, yaitu terkait dengan 'ilmu' marketingnya.

"Waktu itu, Om Bob sudah pakai celana pendek, tapi memang ada maksudnya, itu branding-nya beliau, dia suka. Dia ingin dikenal sebagai sosok yang sekarang, pakai celana pendek dan kemeja kotak-kotak," kenang Bondan  Senin (19/1/2015)

Bondan menuturkan, sosok Bob merupakan pribadi yang jenaka dan terbuka terhadap siapa saja. Banyak pemikiran dan tindakannya yang sederhana tanpa harus berpikir rumit termasuk soal menjalankan bisnis dan menjual sebuah produk. Ia sempat bergabung dalam sebuah klub marketing bersama Bob Sadino.

"Pada saat itu (1980-an) marketing itu hal baru, setiap satu bulan sekali, kumpul, Om Bob menularkan ilmunya, dia menyebut saya selalu sebagai spiritual partner, kita selalu berbagi, bagaimana memasarkan sebuah produk," katanya

Di tempat yang sama, William Wirjaatmadja Wongso yang juga sahabat Bob menceritakan pengalamannya. Wiliam yang memakai batik merah bata bercelana hitam datang bersama dengan Bondan.

"Saya kenal Om Bob sekitar 1973, yang membuat saya terkesan, orangnya sangat terbuka terhadap peluang. Menurutnya apapun yang menjadi peluang pasar bagus tertarik untuk memasarkan, pokoknya semua yang ada di bawah langit bisa dijual, itu prinsip beliau," katanya.


Kondisi kesehatan Bob Sadino merosot setelah istrinya, Soelami Soejoed, meninggal dunia pada Juli 2014. Setelah sempat dirawat selama dua pekan di Rumah Sakit Pondok Indah, pada 19 Januari 2015 sore Bob meninggal dunia karena penyakit komplikasi.

Banyak yang kehilangan sosok Bob Sadino baik dari kalangan Artis, Politisi, dan pengusaha terbukti degan hadirnya mereka saat pemakaman di TPU Jeruk Purut Jakarta Selatan (20/1/2015).

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved